A.
Pendahuluan
Berbicara tentang filsafat, bukanlah suatu hal yang sukar untuk
dibicarakan, karena setiap hari manusia itu tidak terlepas dari berpikir dan
berfilsafat. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan
apa yang belum kita tahu. Sewaktu melihat sesuatu yang belum atau jarang
dilihat, maka langsung terbersit suatu pertanyaan dalam pikiran kita. Misalkan
saja, disaat melihat pemandangan laut yang indah, maka terlintas pertanyaan
dalam dirinya “Bagaimana Tuhan menciptakan laut yang indah seperti ini?, Untuk apa
Tuhan membuat pemandangan seperti ini?,” dan berbagai pertanyaan lainnya. Semua
ini adalah awal dari berpikir filsafat, yang bermula dari
pertanyaan-pertanyaan, karena filsafat itu adalah pemahaman tentang cinta
kebijaksanaan, cinta terhadap apa yang telah diciptakan dan tidak sekedar
melihat dan mengagumi saja, tapi juga mempelajari dan menghayati makna yang
terkandung dari sebuah kekaguman atau permasalahan. Pada akhirnya inti dari
semua itu adalah milik Allah semata yang diciptakan hanya untuk makhluk-Nya dan
agar mereka mengingat serta mengetahui kekuasaan-Nya yang tiada tara.
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia,
philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu; dan Sophia
artinya kebijaksanaan. Maka secara sederhana diartikan sebagai cinta atau
kecenderungan pada kebijaksanaan. Ada beberapa ciri-ciri atau karakteristik
berpikir filsafat yang dapat membedakannya dengan ilmu lainnya, antara lain:[1]
1.
Radikal,
artinya berpikir sampai ke akar-akarnya hingga sampai pada hakikat atau
substansi yang dipikirkan.
2.
Universal,
artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia.
3.
Konseptual,
artinya hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia.
4.
Koheren
dan konsisten; koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis,
sedangkan konsisten berarti tidak mengandung kontradiksi.
5.
Sistematik,
artinya pendapat yang berupa uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan
secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6.
Komprehensif,
artinya mencakup atau menyeluruh, berpikir secara filsafat merupakan usaha
untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7.
Bebas,
artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran flsafat dapat dikatakan sebagai
hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari pasangka-prasangka sosial,
historis, kultural, dan religius.
8.
Bertanggungjawab,
artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus
bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak pada hati nuraninya.
Filsafat ilmu mulai merebak di awal abad ke-20, tapi pada abad
ke-19 Francis Bacon yang menampilkan metode induksi dapat dikatakan sebagai
peletak dasar filsafat ilmu dalam khazanah bidang filsafat secara umum. Peran
dan fungsi filsafat ilmu mulai dikenal saat IPTEK maju dengan pesat, sehingga
ada rasa khawatir di kalangan para ilmuwan, filsuf, dan juga agamawan; dimana
kemajuan IPTEK dirasa dapat mengancam eksistensi umat manusia bahkan alam
beserta isinya. Hal ini muncul lantaran mereka melihat perkembangan IPTEK
berjalan terlepas dari asumsi dasar filosofnya, seperti landasan ontologis,
epistimologis, dan aksiologis yang cenderung sendiri-sendiri. Karena itulah,
untuk memahami perkembangan IPTEK yang demikian, maka kehadiran filsafat ilmu
diharapkan dapat meletakkan kembali peran dan fungsi IPTEK sesuai dengan tujuan
semula, yaitu mendasarkan diri dan fokus pada kebahagiaan manusia.
Berdasarkan sebagian penjelasan diatas, maka pemakalah akan
memaparkan sedikit tentang “Sejarah Filsafat Ilmu” yang dimulai dari zaman purba sampai zaman
modern (kontemporer) sekarang ini.
B.
Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui
pengertian filsafat ilmu
2.
Menjelaskan sejarah munculnya filsafat ilmu
3.
Menjelaskan
fase-fase perkembangan filsafat ilmu dari zaman ke zaman
C.
Pengertian Filsafat
Ilmu
Filsafat
memiliki definisi yaitu upaya mencari atau memperoleh jawaban atas berbagai
pertanyaan lewat penalaran sistematis
yang kritis, radikal, refleksis dan integral. Menurut Yuswar, batasan dari
definisi filsafat ada dua:[2]
1.
Filsafat
membedakan dirinya baik dari ilmu pengetahuan lewat pendekatannya yang
integral, dalam arti filsafat tidak mengkaji semesta dari satu sisi saja namun
secara menyeluruh (sebab akibat serta berhubungan satu dengan yang lain).
2.
Filsafat
bersifat kritis dalam mengkaji objeknya, ia tidak pernah berhenti pada
penampakan, asumsi, dan dogmatisme (mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran
agama tanpa kritik sama sekali), melainkan terus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan demi mencapai hakikat (realitas).
Ada
berbagai definisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie, berikut empat
pendapat yang dianggap terkemuka:[3]
1)
Robert
Ackermann: filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu
yang telah dibuktikan.
2)
Lewis
White Beck: filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode
pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah
sebagai suatu keseluruhan.
3)
Cornelius
Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode, konsep, praanggapan, serta
letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.
4)
May
Brodbeck: filsafat ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Filsafat
ilmu mengandung tiga tujuan sebagai
berikut:[4]
Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga
orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya, seorng ilmuwan harus
memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat
menghindarkan dirinya sendiri dari sikap solipsistic, yaitu menganggap
bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
Kedua, filsafat ilmu
merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
Satu sikap yang diperlukan sekali adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai
atau cocok sengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya
sebagai sarana berpikir, bukan hakikat ilmu pengetahuan.
Ketiga, filsafat ilmu
memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang
dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semua ini diicarakan dalam
metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh
kebenaran.
Menurut Jujun, filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistimologi yang secara sesifik mengkai hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu ini dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam
dan filsafat ilmu-ilmu sosial, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil
antara kedua ilmu tersebut dimana keduanya memiliki ciri-ciri keilmuan yang
sama.[5]
D.
Sejarah Munculnya Filsafat Ilmu
Filsafat mulai beranjak sejak zaman purba yakni pada abad ke-6
sebelum Masehi (600 <
SM- > 500 setelah masehi), yang diawali oleh runtuhnya mite-mite
dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala
alam. Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan
bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada
mitos atau dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dimajukan
sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam
alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran Yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi
keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan
keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka
menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang
menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya
perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna
menemukan suatu asas-mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya
segala gejala.[6]
Terdapat tiga faktor yang
menjadikan filsafat Yunani ini lahir, yaitu:
a)
Bangsa Yunani
yang kaya akan mitos (dongeng).
b) Karya sastra
Yunani yang dapat dianggap
sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani.
c) Pengaruh
ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil.
Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno
antara lain, yaitu: [7]
1) Thales (625-545
SM)
2) Anaxagoras (±499-20 SM
)
3) Democritos (460-370
SM)
4) Pythagoras (± 572-497 SM)
5) Xenophanes (570 - ? SM)
6) Heraclitos (535 – 475 SM)
7) Parmenides (540-475 SM)
8) Empledoces (490-435 SM)
9) Anaximandros (640-546 SM)
10) Zeno (490-430 SM)
Memasuki abad pertengahan (100-1600
M) dimana peran para sufi (filsuf Islam) mulai membuka nuansa pikir para filsuf
barat untuk sadar bahwa hidup bukan saja berpatokan pada faham rasionalisme dan
empirisme semata lewat penelitian indera, tapi kendali utamanya berada pada
rasa (qalbu) yang akan mempengaruhi subjektivisme dengan objektivisme yang bersetara dengan
positivisme hingga relativisme dengan kajian-kajiannya tidak akan berhenti.
Sumbangan para filsuf Islam berjasa relatif besar karena mereka semua
menerjemahkan karya klasik Yunani ke dalam bahasa Arab dan karya terjemahan
inilah yang dipelajari oleh dunia barat, sehingga memunculkan reformasi (renaissance),
mereka adalah Al Kindi (800-870), Al Farabi (872-950), Ibnu Sina (980-1037), Al
Ghazali (1059-1111), Ibnu Bajjah (1062-1138), dan Ibnu Rusyd (1126-1198).[8]
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam telah berkembang sebelum dunia
barat berkembang, dan terlebih dulu filsuf Islam (para sufi) maju dan
berkembang.
E. Fase-fase Perkembangan Filsafat Ilmu dari Zaman
ke Zaman
Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu, berikut pembagian
atau klasifikasi secara garis besar: [9]
1.
Zaman Pra Yunani Kuno
2.
Zaman Yunani Kuno
3. Zaman Pertengahan
4.
Zaman Renaissance
5. Zaman Modern
6.
Zaman Kontemporer
Berikut
adalah penjelasan singkat dari masing-masing periode, tokoh yang berpengaruh
dan karya-karya mereka.
1. Zaman Pra Yunani Kuno
Pada zaman ini, secara umum terbagi menjadi
tiga fase. Pertama,
zaman Batu Tua yang berlangsung 4 juta tahun SM (Sebelum Masehi) sampai
20.000/10.000 SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di
antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu
dan tulang, mengenal cocok taman dan beternak, dan dalam kehidupan
sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif menggunakan sistem “trial
and error” (mencoba-coba dan salah) kemudian bisa berkembang
menjadi “know how“.
Kedua, zaman Batu Muda yang berlangsung 10.000 SM
sampai 2000 SM atau abad 100 sampai abad 20 SM. Dalam zaman ini telah berkembang
kemampuan-kemampuan yang sangat siginifikan. Kemampuan itu berupa kemampuan
menulis (dinyatakan dengan gambar dan symbol atau lambang-lambang), kemampuan
membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan berhitung.
Dalam zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika, perdagangan,
dan hukum. Ketiga, zaman
Logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM sampai dengan abad 6 SM. Pada
zaman ini pemakaian logam sebagai bahan peralatan sehari-hari, baik sebagai
perhiasan, peralatan masak, atau bahkan peralatan perang.
Pada zaman
Batu Tua, yang menjadi tokoh utama disebut-sebut dengan manusia purba. Belum
ditemukan secara spesifik data diri mereka, tetapi yang terlihat secara jelas
adalah hasil karya mereka. Karya-karya mereka yang fenomenal adalah peralatan
yang terbuat dari batu dan tulang. Dengan berjalannya waktu, pada zaman Batu
Muda sudah ada kerajaan-kerajaan besar yang ikut andil dalam mengukir sejarah.
Kerajaan itu adalah Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India , dan Cina. Karya-karya
yang didapat dari zaman ini berupa batu Rosetta (Hieroglip), segitiga dengan unit
3,4,5 (segitiga siku-siku), nilai logam sebagai nilai tukar, perundangan yang
ditulis, lukisan di dinding gua, tulisan Kanji (Pistographic Writing), dan zodiak.[10] Sedangkan
menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, menemukakan bahwa di India sudah menemukan
roda pemutar untuk pembuatan tembikar pada abad 30 SM dan punah (akibat bencana
dan perang) pada abad 20 SM.
Ketiga, pada
zaman Logam didominasi oleh kerajaan Mesir, tetapi kerajaan Cina dan Sumeria
juga masih mempunyai peran. Pada masa ini karya-karya yang ada berupa
didominasi dengan alat-alat yang terbuat dari besi dan perunggu. Seni membuat
patung juga menjadi karya fenomenal pada masanya, bahkan sampai saat ini. Contohnya
adalah karya-karya dari Mesir, seperti patung istri raja Fir’aun (Nefertitti).
Menurut Brouwer,[11]
di antara abad 15 SM di Sumeria (Irak) telah menggunakan alat-alat dari besi.
Selain itu, di Cina pada abad 15 SM dinasti Shang telah menggunakan peralatan
perang dari perunggu dan pada abad 5 SM dinasti Chin telah menggunakan besi
untuk peralatan perang
2. Zaman Yunani Kuno
Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai
dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap “an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu
secara kritis)”, dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
“receptive
attitude mind (sikap menerima segitu saja)”. Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur.
Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya (Zaman Hellenisme) di
bawah pimpinan Iskandar Agung (356–323 SM)
dari Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.
Pada abad ke-0
M, perkembangan ilmu mulai mendapat hambatan. hal ini disebabkan dengan
kelahiran Kristen. Pada pada abad pertama sampai abad ke-2 M mulai ada
pembagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang
difokuskan di bidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah yang kedua
berpusat di Alexandria, yang fokus pada bidang empiris.
Setelah Alexandria dikuasai oleh Roma yang
tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke-4 dan ke-5 M ilmu pengetahuan
benar-benar beku. Menurut Hull,[12]
hal ini disebabkan oleh tiga pokok penting: 1) penguasa Roma yang menekan
kebebasan berpikir, 2) ajaran Kristen yang tidak boleh disangkal, 3) kerjasama
gereja dan pengusa sebagai otoritas kebenaran. Walaupun begitu pada abad ke-2 M
sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Pappus dan Diopanthus
yang berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Pada zaman ini banyak
bermunculan ilmuwan-ilmuwan terkemuka, ada beberapa nama yang popular pada masa ini, yaitu:
a. Thales (624-545 SM) dari Miletos, Yunani (sekarang
bagian dari Turki) adalah filsuf pertama
sebelum masa Sokrates. Menurutnya, zat utama yang menjadi dasar
segala materi adalah air. Pada masanya ia menjadi filusuf yang
mempertanyakan isi dasar alam.
b. Pythagoras (582
SM – 496
SM) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling
dikenal melalui teoremanya. Dikenal
sebagai “Bapak Bilangan”, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang
terkenal adalah teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku- siku adalah sama
dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun
fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya
Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang
pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis.
c. Socrates (470
SM – 399
SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan
salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di
Athena. Ia tidak meninggalkan tulisan sebagai karyanya. Tetapi pemikiranya
dikenal melalui tulisan yang dibuat oleh muridnya, yaitu Plato. Salah satu
catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa
percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates
percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah
dan benar
memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan
lingkungan dan sesamanya. Sedangkan Sokrates sendiri mempunyai metode sendiri
yang dikenal dengan “Maieutike Tekhne” (seni kebidanan)
yaitu metode dialetika atau pengajuan pertanyaan untuk melahirkan
kebenaran.Walaupun demikian, sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran
Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep
moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika
atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
d. Aristoteles (384
SM – 322
SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari
Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang
Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu
alam, ia merupakan orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di
bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik
yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari
kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi (Metafisika).
Dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pentingnya observasi, eksperimen dan
berpikir induktif (inductive
thinking). Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik
kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir
(syllogisme).
Dari keseluruhan kontribusi yang diberikan oleh Aristoteles, dapat dikatakan
bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran
Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo
Thomas Aquinas di abad
ke-13, dengan
teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan theologi Islam
oleh Ibnu Rusyd (1126 –
1198).
h. Plato (427
SM – 347
SM) ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia)
di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”. Selain
itu, ia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang
terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Misalkan
saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”. Konsep yang
dikembangkan oleh Plato ini bertitik belakang dari perdebatan dari konsep yang
diusung oleh Parminedes yang menganggap sesuatu realitas itu berasal dari satu
hal (The One)
yang tetap, dan konsep yang dikemukakan oleh Heraklios yang bertitik tolak dari
hal yang banyak (The Many) yang selalu berubah.
i. Anaximander
(610
SM – 546
SM) siswa Thales, sang filsuf pertama. Ia hidup pada abad ke 6 SM di Miletos. Berbeda
dengan Thales, ia berpendapat bahwa permulaan yang pertama, tidaklah bisa
ditentukan/ tidak terbatas (Apeiron), karena tidaklah memiliki
sifat-sifat zat yang ada sekarang.
j. Demokreitos
(460-370 SM), ia mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar
materi, sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Atom
Pertama”. Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu fisika materi yang
menutup kemungkinan akan adanya intervensi Tuhan atau dewa.
Demokreitos juga menjadi orang pertama yang berpendapat bahwa galaksi Bimasakti merupakan kumpulan cahaya gugusan
bintang yang letaknya saling berjauhan.
k. Euklides (330-273 SM) ialah
ahli matematik dari Alexandria. Dalam bukunya yang berjudul Elemen, ia – sebagai bapak geometri – mengemukakan teori
bilangan dan geometri. Menurutnya satu hal yang paling penting
untuk dicatat, bahwa dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan
adanya contoh dari dunia nyata tetapi cukup dengan deduksi logis menggunakan
aksioma-aksioma yang telah dirumuskan.
l. Empedokles (484-424 SM) adalah
seorang filsuf Yunani berpendapat
bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut
sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu,
ia menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia). Hal ini dilakukannya untuk menerangkan
adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur lainnya. Empedokles juga dikenal
sebagai peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan 3
SM.
m. Claudius Ptolemaeus (90 SM-168
M), dia adalah seorang matematikawan, astronom, ahli
geografi, astrolog dan seorang penyair dari satu epigram di Anthology Yunani. Dia tinggal
di Mesir di bawah Kekaisaran Romawi. Ptolemaeus
adalah pengarang beberapa risalah ilmiah. Yang pertama adalah risalah astronomi
yang dikenal sebagai Almagest (The
Great Risalah/Risalah Matematika). Yang kedua adalah Geografi, yang
merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi Yunani-Romawi dunia. Yang
ketiga adalah risalah astrologi dikenal dalam bahasa Yunani sebagai Apotelesmatika
atau lebih umum dalam bahasa Yunani sebagai Tetrabiblos (Empat buku).
Selain itu, karena ia hidup di Mesir kemudian astronom arab, ahli geografi dan ahli fisika menyebutnya
dengan namanya dalam bahasa Arab: Batlaymus.
n. Diophantus (antara 214 M – 298
M), adalah seorang ahli matematika dan karnya yang sangat terkenal adalah Arithmetica. Karyanya ini
barkaitan dengan memecahkan persamaan aljabar, hal ini
menyebabkan kemajuan luar biasa dalam teori bilangan, angka
pecahan, dan juga membuat kemajuan dalam notasi matematika.
o. Galenus (129 M – 200 M), yang
lebih dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Galen.
Ia memiliki pengaruh besar dalam kedokteran Eropa. Galen
melakukan perubahan besar di bidang kesehatan. Hal yang ia lakukan di antaranya
adalah operasi pembedahan otak dan mata (mengoperasi katarak), mengenalkan ilmu anatomi, dan mengemukakan empat cairan tubuh yaitu
darah, empedu kuning (yellow bile), empedu hitam (black
bile) dan mukus. Empat hal ini akan berputar sesuai dengan empat
musim. Karya terbesarnya adalah tujuh belas buku dari On the
Usefulness of the Parts of the Human Body.
p. Archimedes (sekitar 287
SM – 212
SM) ia adalah seorang ahli matematika, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes, dianggap
sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan
pada temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang
didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja), dan ulir
penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak matahari,
bulan, planet-planet, dan kemungkinan konstelasi di langit. Di bidang
matematika, penemuannya terhadap nilai phi lebih mendekati dari ilmuan
sebelumnya. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian
dijuluki sebagai, “Bapak IPA Eksperimental”.
Selain di Yunani, astronom dan ahli
matematika juga berkembang di India. Menurut Salam,[13]
Aryabhata (476 M) melahirkan
perhitungan desimal sederhana. Dibidang astronomi ia juga memperkenalkan
sejumlah fungsi trigonometri (termasuk sinus, versine, kosinus dan sinus invers), trigonometri tabel, dan
teknik-teknik dan algoritma dari aljabar.
3. Zaman
Pertengahan
Zaman ini
masih berhubungan dengan zaman sebelumnya, zaman ini disebut dengan zaman
kegelapan (The Dark
Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya para Theolog di lapangan
ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua
adalah para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan
harus berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas
ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering
dikenal dengan sebagai “Anchilla Theologiae (Pengabdi
Agama)”. Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya
karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.
Ketika Bangsa
Eropa mangalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini
dimulai dari munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah,
pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan
Islam pada abad ke-7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini Islam mandapatkan
masa keemasannya (Golden Age). Selain itu, pada abad
ini terjadi perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan Timur, seperti Ajaran Lao Tse
(menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur
mangatur akal sehat).
Pada masa kegelapan ini ilmu pengetahuan di
Eropa tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih menjadi pegangan hanya karya
Aristoteles. Pada abad 12 M, yang diklaim sebagai awal mula zaman Renaissance
telah muncul beberapa nama yang mempelopori di bidang ilmu dan eksperimen,
yaitu:
1) Roger Bacon (1214 M – 1294 M), juga
dikenal dengan sebutan Doctor Mirabilis (guru yang sangat
mengagumkan). Ia adalah seorang filsuf Inggris yang meletakkan penekanan pada empirisme, dan dikenal sebagai salah seorang pendukung
awal metode ilmiah modern di
dunia Barat. Teorinya menyatakan bahwa apa yang menjadi landasan awal dan ujian
akhir dari semua ilmu pengetahuan adalah pengalaman, dan syarat mutlak untuk
mengolah pengetahuan adalah dengan matematika. Sehingga ia dikenal sebagai
pelopor empirisme.
2) Thomas Aquinas (1225 M -1274 M) adalah
seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia. Ia terutama
menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya
utamanya: Summa Theologiae (Ikhtisar Teologi).
Selain itu, karya Theologis Thomas yang sangat terkenal adalah “Summa
Contra Gentiles (Ikhtisar Melawan Orang-Orang Kafir)”.
3) Gerard van
Cremona (1114 M -1187 M), adalah seorang penerjemah Arab karya ilmiah. Dia adalah salah satu orang
paling penting di Toledo. Ia menerjemahkan sekitar 70 bahasa Arab dan
karya-karya klasik Yunani ke dalam bahasa
Latin termasuk
karya Euclidius, Al-Farabi, Al-Farghani dan
karya-karya lain.
4) Giovanni
Boccaccio (1313 M –
1375 M) adalah seorang Italia penulis dan penyair. Karya yang dihasilkan
dalam periode ini meliputi Filostrato dan Teseida, Filocolo,
sebuah versi prosa yang ada roman Prancis, dan La Caccia di Diana, sebuah puisi
dalam daftar sajak oktaf neapolitan perempuan. Boccaccio terus bekerja,
memproduksi Comedia delle ninfe fiorentine
(juga dikenal sebagai Ameto) campuran prosa dan puisi,
tahun 1341, menyelesaikan lima puluh canto puisi alegoris Amorosa visione di 1342 M, dan Fiammetta
di 1343 M. Salah satu karya terakhirnya di Italia, satu-satunya
karya penting lainnya adalah Corbacci.
Sepanjang
Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang
kerajaan bangsa Arab yang dipengaruhi dengan Islam. Dengan berkembangnya
pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang
berperan dalam perkembangan Ilmu. Beberapa tokoh ilmuwan muslim yang
berpengaruh bagi sejarah perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut:[14]
1) Al-Fārābi (870 M – 950 M). Al-Farabi
adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam.
Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi
telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu,
karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau
Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan
politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato
dengan hukum Ilahiah Islam.
2)
Al-Khawārizmī
(780 M – 850 M). Hasil
pemikirannya berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku
pertamanya, al-Jabar. Selain itu karyanya adalah al-Kitab
al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala (Buku Rangkuman untuk
Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan), Kitab surat al-ard (Pemandangan
Bumi). Karya tersebut masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
3)
Al-Kindi
(801 M – 873 M), bisa
dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Al Kindi
menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi,
aritmatika, music (yang dibangunnya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika,
medis, psikologi, meteorologi, dan politik.
4)
Al-Ghazali
(1058 M – 1111 M) adalah
seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel
di dunia Barat. Karya-karyanya berupa kitab Al-Munqidh min adh-Dhalal, Al-Iqtishad
fi al-I’tiqad, Al-Risalah
al-Qudsiyyah, Kitab al-Arba’in fi Ushul ad-Din, Mizan
al-Amal, Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah,
Ihya
Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama) merupakan karyanya yang
terkenal, Kimiya
as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan), Misykah al-Anwar (The
Niche of Lights), Maqasid al-Falasifah, Tahafut
al-Falasifah (buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof
masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rusyd dalam buku Tahafut
al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence),
Al-Mushtasfa
min ‘Ilm al-Ushul, Mi’yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge),
al-Qistas
al-Mustaqim (The Just Balance), dan Mihakk
al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic).
5)
Ibnu Sina (980 M -1037 M). Ia
dikenal sebagai Avicenna
di dunia
barat. Ia adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak
Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan
bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang
merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Karyanya adalah The Book of Healing dan The
Canon of Medicine, dikenal juga
sebagai sebagai Al-Qanun fi At Tibb.
6)
Ibnu Rusyd (1126 M – 1198 M) yang dalam
bahasa
Latin disebut
dengan Averroes,
dan ia adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang
filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume.
Karya lain berupa Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu
fiqih), Kulliyaat
fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa
Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang
bertentangan dengan filsafat).
7)
Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M) adalah
seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri
ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah
(Pendahuluan).
8)
Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (721 M – 815 M). Dia
adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
9)
Al-Razi (865 M – 925 M) yang dikenal dengan nama Razes.
Seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu
penelitian Al-Kimi
atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia. Disamping itu Al-Razi telah
mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya
dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan laboratorium Kimia yang
pertama di dunia. Orang pertama membuat jahitan pada perut dengan benang dibuat
dari serat, dan orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar
dengan campak. Buku karya Al-Razi paling termasyhur berjudul Al-Hawi
Fi Ilm Al-Tadawi yang terdiri dari 30 jilid dan dirangkum ke dalam
12 bagian dan Al-Mansuri, berisi tentang
pembedahan seluruh tubuh manusia.
10) Ibnu Haitham dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat,
dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli
dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan
mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli
sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam
menciptakan mikroskop serta teleskop. Karyanya yang terkenal adalah tentang optik
dari
tahun 1000, dalam Book of Optics dan dan On
Twilight Phenomena. Selain itu, masih ada buku karangannya berupa Al’Jami’
fi Usul al’Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan
metametik penganalisaannya; Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib
mengenai ilmu geometri; Kitab Tahlil ai’masa^il al ‘Adadiyah
tentang algebra; Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah
yang mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau; Maqalah
fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum
syarak dan Risalah
fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.
11) Al-Battani (850 M – 929
M) memberikan kontribusi untuk astronomi dan matematika. Dalam astronomi, Al-Battani
juga meningkatkan ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.
Selain dari
daftar nama ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan muslim yang lain. Dalam
bidang fiqih ada Imam Hanafi (699M – 767 M), Imam Malik (712 M -798 M), Imam
Syafi’i (767 M – 820 M) dan Imam Hanbali (780 M – 855 M) yang besar dengan
kitab masing-masing. Sementara dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin
Abdullah al Hamawi (1179 M – 1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam
al-Buldan (Kamus Negara). Ibnu Yunis, yang menggabungkan dokumen-dokumen
penelitian yang dibuat 200 tahun sebelumnya dan menyiapkannya untuk tabel
astronomi Hakimite. Umar al-Khayyãm, yang dikenal dengan karya kalender Jalali-nya
yang sempurna dan dipakai di Persia untuk penanggalan. Cendekiawan seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison, kimiawan Muslim dianggap sebagai pendiri
kimia. Abu Rayhan al-Biruni sebagai perintis indologi, geodesi dan antropologi.
Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan
perkembangan ilmu mereka. Dari Cina ada salah satu contoh terbaik akan Shen Kuo (1031 M –
1095 M), seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali menggambarkan magnet-jarum kompas yang digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara sejati, perbaikan
desain astronomi Gnomon, armillary bola, penglihatan tabung, dan clepsydra, dan
menggambarkan penggunaan drydocks untuk
memperbaiki perahu. Selain itu, Shen Kuo juga menyusun teori pembentukan tanah,
atau geomorfologi. Ada juga Su Song (1020 M –
1101 M) juga seorang astronom yang menciptakan langit bintang atlas peta,
menulis sebuah risalah farmasi dengan subyek terkait botani, zoologi, mineralogi, dan metalurgi, dan telah
mendirikan besar astronomi Clocktower di Kaifeng pada tahun 1088.
4. Zaman Renaissance
Zaman ini
berlangsung dari abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan dengan
kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya
kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir. Zaman ini juga disebut
dengan peralihan dan kebangkitan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah
menjadi kebudayaan yang modern, dan pemikiran yang terbebas dari dogma-dogma
agama. Hal ini ditandai dengan lahirnya penemuan-penemuan baru. Pada masa
kebangkitan ini, mulai bermunculan ilmuwan-ilmuwan baru. Mereka telah menemukan
teori atau konsep baru yang menjadi sejarah dalam perkembangan ilmu, mereka itu
adalah:
1) Niklas
Koppernigk atau Nicolaus
Copernicus (1473 M – 1543 M) adalah
seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkebangsaan Polandia. Ia mengembangkan teori heliosentrisme (berpusat di matahari). Teorinya tentang matahari sebagai pusat
Tata Surya, yang menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional
(yang menempatkan Bumi di pusat alam
semesta) dianggap
sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan merupakan titik
mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern (teori ini menimbulkan revolusi ilmiah). Karya
terobosannya berjudul On the Revolutions of the Heavenly Spheres
(Mengenai perputaran Bola-Bola Langit), yang diterbitkan pada tahun 1543 M.
2) Galileo
Galilei (1564
M - 1642 M) adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki
peran besar dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya
dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop (dengan 32x pembesaran) dan berbagai
observasi astronomi seperti
menemukan satelit alami Jupiter -Io, Europa, Ganymede, dan Callisto- pada 7
Januari 1610. Buku karangannya adalah Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo
yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632, dan Discorsi
e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze
diterbitkan di Leiden pada 1638.
3) Tycho Brahe (1546 M – 1601 M) adalah
seorang bangsawan Denmark yang terkenal sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Ia memiliki sebuah observatorium yang
dinamai Uraniborg, di Pulau Hven. Asistennya
yang paling terkenal adalah Johannes
Kepler.
4) Johannes
Kepler (1571 M – 1630 M), seorang
tokoh penting dalam revolusi ilmiah, ia adalah
seorang astronom Jerman, matematikawan dan astrolog. Penjelasan
Kepler tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement to Witelo, Expounding the Optical
Part of Astronomy (Suplemen untuk Witelo, Menjabarkan Bagian Optik
dari Astronomi). Karya Kapler yang lain berupa buku Mysterium cosmographicum (Misteri
Kosmmografis), Astronomiae
Pars Optica (Bagian Optik dari Astronomi), De
Stella nova in pede Serpentarii (Tentang Bintang Baru di Kaki
Ophiuchus), Astronomia nova (Astronomi Baru), Dioptrice
(Dioptre), Epitome
astronomiae Copernicanae (diterbitkan dalam tiga bagian dari 1618-1621), Harmonice
Mundi (Keharmonisan Dunia), Tabulae Rudolphinae (Tabel-Tabel
Rudolphine), dan Somnium (Mimpi).
5) Francis Bacon (1561 M – 1626 M) adalah
seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Karya-karyanya membangun dan mempopulerkan
metodologi induksi untuk penelitian ilmiah, seringkali disebut metode Baconian
atau, secara sederhana, metode ilmiah. Karya Francis Bacon yang terpenting
adalah Novum
Organum. Dalam Novum Organum, sistem logika ia percaya
akan lebih tinggi daripada cara lama silogisme, yang dikenal sebagai metode Bacon. Karya ini
sangat penting dalam perkembangan historis metode ilmiah.
6) Andreas
Vesalius (1514 M – 1564 M), ia adalah
ahli anatomi. Karyanya berupa buku De Humanis Corporis Fabrica
(Pengerjaan Tubuh Manusia). Karyanya yang lain ialah Tabulae
Anatomicae Sex, tujuh jilid
dari De humani corporis fabrica, sebuah
buku yang dipersembahkan untuk Charles
V, Andrea Vesalii suorum de humani corporis
fabrica librorum epitome yang didedikasikan untuk Philip II dari Spanyol. Karya ini menekankan keutamaan pembedahan
dan memperkenalkan isilah pandangan anatomis tubuh manusia. Maka dari itu,
Vesalius disebut-sebut sebagai pemulai masa anatomi manusia modern. Vesalius
juga membuktikan bahwa tulang dada (sternum)
terdiri dari tiga bagian. Ia pun juga menulis Radicis Chynae, sebuah teks pendek
mengenai tumbuhan obat.
5. Zaman Modern
Zaman ini
sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M, nyata terlihat jelas pada abad
17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai adanya
penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Ada tiga sumber pokok yang menyebabkan
berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara
kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang
Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun
1453.
Ilmuwan pada
zaman ini membuat penemuan dalam bidang ilmiah. Eropa yang merupakan basis
perkembangan ilmu melahirkan ilmuwan yang populer. Tokoh yang menjadi pioner
pada masa ini adalah Rene Descartes, Isaac Newton, Charles Darwin, dan J.J.
Thompson. Berikut lebih lengkapnya:[15]
1) Isaac Newton (1643
M - 1727 M), ia adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiwan, dan teolog. Bahka ia dikatakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya
bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687. Buku ini
meletakkan dasar-dasar mekanika
klasik (menjabarkan
hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai
alam semesta selama tiga abad). Buku-buku karyanya adalah Method of Fluxions (1671), De Motu Corporum 1684), Opticks (1704), Reports
as Master of the Mint (1701-1725), Arithmetica
Universalis (1707), dan An
Historical Account of Two Notable Corruptions of Scripture(1754).
2)
René Descartes (1596
M - 1650 M), ia juga dikenal sebagai Renatus
Cartesius. Ia adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours
de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia
(1641). Descartes, kadang dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak
Matematika Modern”. Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena
pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali
kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir. Hasil pemikirannya berupa konsep “Aku
berpikir maka aku ada (I think, therefore I am). Meski
paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai
pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
3)
Charles Robert Darwin (1809
M - 1882 M) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan
landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama
(common
descent) dengan mengajukan seleksi
alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini
dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat). Bukunya On the
Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of
Favoured Races in the Struggle for Life (biasanya disingkat menjadi
The Origin of Species) merupakan karyanya yang paling terkenal
sampai sekarang. Buku karangan Darwin tentang tanaman dan binatang, termasuk
manusia, dan yang menonjol adalah The
Descent of Man, and Selection in Relation to Sex dan The
Expression of the Emotions in Man and Animals. Bukunya yang terakhir adalah tentang cacing
tanah.
4)
Joseph John Thomson (1856 M -1940 M) ia adalah
seorang ilmuwan yang penelitiannya membuahkan penemuan elektron. Thomson
mengetahui bahwa gas mampu menghantar listrik. Ia menjadi perintis ilmu fisika
nuklir. Struktur atom yang menjadi fokus Thomson ditulis dalam
bukunya yang berjudul Treatise on the Motion of Vortex Rings,
dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom-atom dan
molekul-molekul yang berbeda, dengan menggunakan sinar positif.
Masih banyak ilmuwan lain yang memegang peran
dalam perkembangan ilmu, diantaranya seperti Michael Faraday (1791 M -1867 M) yang
mendapat julukan “Bapak Listrik“, karena berkat usahanya listrik menjadi
teknologi yang banyak gunanya, dan Blaise Pascal (1623 M – 1662 M)
adalah seorang ahli matematika, fisika, dan agama filsuf. Karyanya berupa kontribusi penting pada
pembangunan mekanis kalkulator. Kemudian dari perkembangan ilmu sosial, muncul
nama Auguste
Comte (1798 M – 1857 M),[16]
ia adalah tokoh yang mengusung “Filsafat Positivisme” dengan karyanya Cours De
Philosophie Positive (Uraian tentang filsafat positivisme). Istilah
dari “positif” ini sebagai sesuatu yang nyata, tepat, pasti, dan memberi
manfaat.
6. Zaman
Kontemporer
Zaman ini
bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini
ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu
yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati
kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Hal ini
disebabkan karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek
materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta.
Sebagian besar
aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di
abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah
fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan
yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein,[17]
ia lahir
pada tanggal 14 Maret 1879
dan meninggal pada tanggal 18
April 1955 (umur 76
tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori
relativitas dan juga
banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika
kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek
fotolistrik, dan rumus
Einstein yang paling dikenal adalah E=mc².
Pada zaman ini
juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut dengan “Sains
Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah buku yang
berjudul The
Nature of Chemical Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika
kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini
juga James D. Watson, Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik untuk
mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu rekayasa
genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi
memiliki manfaat medis yang besar.
Pada tahun
yang sama, percobaan Miller-Urey dibuktikan dalam sebuah simulasi proses primordial,
yang merupakan unsur dasar protein, sederhana asam amino, bisa dibangun
sendiri dari molekul sederhana. Pada tahun 1925, Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger memformulasikan mekanika kuantum, yang
menjelaskan teori kuantum sebelumnya. Kemudian ada juga pengamatan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929 bahwa kecepatan di mana
galaksi surut berkorelasi positif dengan jarak, mengarah pada pemahaman bahwa
alam semesta mengembang, dan perumusan teori Big Bang oleh Georges Lemaitre. Pengembangan bom atom di era “Sains Besar” selanjutnya
terjadi selama Perang Dunia II, yang mengarah ke aplikasi praktis dari radar dan pengembangan dan penggunaan bom atom. Meskipun
proses itu dimulai dengan penemuan siklotron oleh Ernest O. Lawrence di tahun 1930-an. Di bidang Geologi yang
paling fenomenal adalah teori “pergeseran benua” oleh Alfred Wegener. Teori
“Lempeng Tektonik” itu sudah digagas pada tahun 1910-an, data dikumpulkan pada
1950 sampai 1960-an, kemudian diakui dan digunakan pada tahun 1970.
Itulah
sebagian besar tokoh dan hasil pemikiran atau karya mereka menurut zamannya
masing-masing yang memiliki pengaruh besar sampai sekarang.
F.
Penutup
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia,
philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu; dan Sophia
artinya kebijaksanaan. Jadi diartikan sebagai cinta atau kecenderungan pada
kebijaksanaan.
Menurut Jujun, filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi
yang secara sesifik mengkai hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu
ini dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu social.
Filsafat mulai beranjak sejak zaman
purba yakni pada abad ke-6 sebelum Masehi (600 < SM- > 500 setelah
masehi), yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan
dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta
serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Memasuki abad pertengahan (100-1600 M) dimana peran para sufi
(filsuf Islam) mulai membuka nuansa pikir para filsuf barat untuk sadar bahwa
hidup bukan saja berpatokan pada faham rasionalisme dan empirisme semata lewat
penelitian indera, tapi kendali utamanya berada pada rasa (qalbu) yang
akan mempengaruhi subjektivisme dengan objektivisme yang
bersetara dengan positivisme hingga relativisme dengan kajian-kajiannya tidak
akan berhenti.
Sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan dibagi
menjadi: Zaman Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, Zaman Renaissance,
Zaman Modern, dan Zaman Kontemporer. Pada zaman tersebut terdapat
masing-masing orang yang ahli dibidangnya dan memiliki pemikiran filsafat yang
sangat berpengaruh sampai zaman sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. 1996. Pengantar
Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogjakarta: Teras
Poedjawijatna, I.R., 1980. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Cetakan kelima. Jakarta: PT Pembangunan.
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. 2003. Filsafat Ilmu. cet.
Ke III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salam , Burhanuddin.
2004. Sejarah
Filsafat Ilmu & Teknologi, Jakarta : Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun S., 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tafsir, Akhmad. 2000. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen
Filsafat Ilmu. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Thoyibi, Muhammad. 1997. Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya. Surakarta: Muhammadiyyah University Press.
Yunus , Yuswar. 2012. Filsafat Ilmu (Metode Praktis Untuk
Penelitian S-1, S-2, dan S-3) Falsafah Durian dengan Aromanya. Bandung:
Alfabeta.
Referensi
dari internet:
http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/sejarah-filsafat-yunani-kuno.html. Diunggah hari Senin tanggal 14
April 2014.
http://jamaludinassalam.wordpress.com/tag/makalah-filsafat-ilmu/ Diunggah hari Senin tanggal 14
April 2014.
http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/wp-admin/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/ Diunggah hari Senin tanggal 14 April 2014.
http://christiantonovel.wordpress.com/2012/09/18/sejarah-perkembangan-filsafat-ilmu/ Diunggah hari Senin tanggal 14
April 2014.
http://gumuntur.wordpress.com/filsafat-ilmu/diunggah hari Senin tanggal 14 April 2014.
[1]
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), cet. Ke III, hal. 2 dan 4.
[2]
Yuswar Yunus, Filsafat Ilmu (Metode Praktis Untuk Penelitian S-1, S-2, dan
S-3) Falsafah Durian dengan Aromanya, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 6.
[3]
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Op. cit, hal. 49.
[4]
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Op. cit, hal. 51-52.
[5]
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007).
[6] I.R.Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: PT Pembangunan, 1980), cetakan kelima, hlm.19-21.
[7] Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta:
Teras, 2009), hlm.48-50 dan 58. Akhmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), Edisi Revisi, hlm. 49
[8]
Yuswar Yunus, Filsafat Ilmu (Metode Praktis untuk Penelitian S-1, S-2, dan
S-3) Falsafah Durian dengan Aromanya, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 3.
[9]
Lihat dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu karangan
The Liang Gie (1996), buku Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi
karangan Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya
karangan M. Thoyibi (1997), serta buku Filsafat Ilmu yang disusun
oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001).
[10]
Burhanuddin Salam. 2004. Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi.
(Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hal. 30-34.
[11]
Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
LIBERTY
[12]
Burhanuddin Salam, op. Cit, hal. 52.
[13]
Burhanuddin Salam, Op. cit, hal. 48.
[14]
Lihat buku Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi
karangan Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya karangan M. Thoyibi (1997), serta buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim
Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001).
[15] Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Op. cit, hal. 79-83.
[16]
Muhammad Thoyibi. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya.
(Surakarta: Muhammadiyyah University Press, 1997), hal. 59.
[17] Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Op. cit, hal. 83.