Kamis, 08 Mei 2014

SEJARAH FILSAFAT ILMU




    A.    Pendahuluan
Berbicara tentang filsafat, bukanlah suatu hal yang sukar untuk dibicarakan, karena setiap hari manusia itu tidak terlepas dari berpikir dan berfilsafat. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Sewaktu melihat sesuatu yang belum atau jarang dilihat, maka langsung terbersit suatu pertanyaan dalam pikiran kita. Misalkan saja, disaat melihat pemandangan laut yang indah, maka terlintas pertanyaan dalam dirinya “Bagaimana Tuhan menciptakan laut yang indah seperti ini?, Untuk apa Tuhan membuat pemandangan seperti ini?,” dan berbagai pertanyaan lainnya. Semua ini adalah awal dari berpikir filsafat, yang bermula dari pertanyaan-pertanyaan, karena filsafat itu adalah pemahaman tentang cinta kebijaksanaan, cinta terhadap apa yang telah diciptakan dan tidak sekedar melihat dan mengagumi saja, tapi juga mempelajari dan menghayati makna yang terkandung dari sebuah kekaguman atau permasalahan. Pada akhirnya inti dari semua itu adalah milik Allah semata yang diciptakan hanya untuk makhluk-Nya dan agar mereka mengingat serta mengetahui kekuasaan-Nya yang tiada tara.
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu; dan Sophia artinya kebijaksanaan. Maka secara sederhana diartikan sebagai cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Ada beberapa ciri-ciri atau karakteristik berpikir filsafat yang dapat membedakannya dengan ilmu lainnya, antara lain:[1]
1.      Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
2.      Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia.
3.      Konseptual, artinya hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia.
4.      Koheren dan konsisten; koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis, sedangkan konsisten berarti tidak mengandung kontradiksi.
5.      Sistematik, artinya pendapat yang berupa uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6.      Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh, berpikir secara filsafat merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7.      Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran flsafat dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari pasangka-prasangka sosial, historis, kultural, dan religius.
8.      Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak pada hati nuraninya.
Filsafat ilmu mulai merebak di awal abad ke-20, tapi pada abad ke-19 Francis Bacon yang menampilkan metode induksi dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam khazanah bidang filsafat secara umum. Peran dan fungsi filsafat ilmu mulai dikenal saat IPTEK maju dengan pesat, sehingga ada rasa khawatir di kalangan para ilmuwan, filsuf, dan juga agamawan; dimana kemajuan IPTEK dirasa dapat mengancam eksistensi umat manusia bahkan alam beserta isinya. Hal ini muncul lantaran mereka melihat perkembangan IPTEK berjalan terlepas dari asumsi dasar filosofnya, seperti landasan ontologis, epistimologis, dan aksiologis yang cenderung sendiri-sendiri. Karena itulah, untuk memahami perkembangan IPTEK yang demikian, maka kehadiran filsafat ilmu diharapkan dapat meletakkan kembali peran dan fungsi IPTEK sesuai dengan tujuan semula, yaitu mendasarkan diri dan fokus pada kebahagiaan manusia.
Berdasarkan sebagian penjelasan diatas, maka pemakalah akan memaparkan sedikit tentang “Sejarah Filsafat Ilmu  yang dimulai dari zaman purba sampai zaman modern (kontemporer) sekarang ini.

B.     Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan  untuk:
1.   Mengetahui pengertian filsafat ilmu
2.   Menjelaskan sejarah munculnya filsafat ilmu
3.   Menjelaskan fase-fase perkembangan filsafat ilmu dari zaman ke zaman

C.     Pengertian Filsafat Ilmu    
Filsafat memiliki definisi yaitu upaya mencari atau memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan lewat penalaran  sistematis yang kritis, radikal, refleksis dan integral. Menurut Yuswar, batasan dari definisi filsafat ada dua:[2]
1.      Filsafat membedakan dirinya baik dari ilmu pengetahuan lewat pendekatannya yang integral, dalam arti filsafat tidak mengkaji semesta dari satu sisi saja namun secara menyeluruh (sebab akibat serta berhubungan satu dengan yang lain).
2.      Filsafat bersifat kritis dalam mengkaji objeknya, ia tidak pernah berhenti pada penampakan, asumsi, dan dogmatisme (mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran agama tanpa kritik sama sekali), melainkan terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan demi mencapai hakikat (realitas).
Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie, berikut empat pendapat yang dianggap terkemuka:[3]
1)      Robert Ackermann: filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
2)      Lewis White Beck: filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3)      Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode, konsep, praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.
4)      May Brodbeck: filsafat ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Filsafat ilmu  mengandung tiga tujuan sebagai berikut:[4]
            Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya, seorng ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan dirinya sendiri dari sikap solipsistic, yaitu menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
            Kedua, filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Satu sikap yang diperlukan sekali adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok sengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya sebagai sarana berpikir, bukan hakikat ilmu pengetahuan.
            Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semua ini diicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
            Menurut Jujun, filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara sesifik mengkai hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu ini dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara kedua ilmu tersebut dimana keduanya memiliki ciri-ciri keilmuan yang sama.[5]
           
D.    Sejarah Munculnya Filsafat Ilmu
   Filsafat mulai beranjak sejak zaman purba yakni pada abad ke-6 sebelum Masehi (600 < SM- > 500 setelah masehi), yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.  Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran Yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan suatu asas-mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.[6]
 Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani ini lahir, yaitu:
   a)     Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng).
   b)     Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat  Yunani.
    c)     Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil.
Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno  antara lain, yaitu: [7]
1)    Thales (625-545 SM)                            
2)    Anaxagoras (±499-20 SM )                  
3)    Democritos (460-370 SM)                   
4)    Pythagoras (± 572-497 SM)
5)    Xenophanes (570 - ? SM)
6)    Heraclitos (535 – 475 SM)
7)    Parmenides (540-475 SM)
8) Empledoces (490-435 SM)
9) Anaximandros (640-546 SM) 
10) Zeno (490-430 SM)
            Memasuki abad pertengahan (100-1600 M) dimana peran para sufi (filsuf Islam) mulai membuka nuansa pikir para filsuf barat untuk sadar bahwa hidup bukan saja berpatokan pada faham rasionalisme dan empirisme semata lewat penelitian indera, tapi kendali utamanya berada pada rasa (qalbu) yang akan mempengaruhi subjektivisme dengan objektivisme   yang bersetara dengan positivisme hingga relativisme dengan kajian-kajiannya tidak akan berhenti. Sumbangan para filsuf Islam berjasa relatif besar karena mereka semua menerjemahkan karya klasik Yunani ke dalam bahasa Arab dan karya terjemahan inilah yang dipelajari oleh dunia barat, sehingga memunculkan reformasi (renaissance), mereka adalah Al Kindi (800-870), Al Farabi (872-950), Ibnu Sina (980-1037), Al Ghazali (1059-1111), Ibnu Bajjah (1062-1138), dan Ibnu Rusyd (1126-1198).[8] Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam telah berkembang sebelum dunia barat berkembang, dan terlebih dulu filsuf Islam (para sufi) maju dan berkembang.

E.     Fase-fase Perkembangan Filsafat Ilmu dari Zaman ke Zaman
Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu, berikut  pembagian atau klasifikasi secara garis besar: [9]
1.   Zaman Pra Yunani Kuno
2.   Zaman Yunani Kuno
3.   Zaman Pertengahan
4.   Zaman Renaissance
5.   Zaman Modern
6.    Zaman Kontemporer
 Berikut adalah penjelasan singkat dari masing-masing periode, tokoh yang berpengaruh dan karya-karya mereka.
1.  Zaman Pra Yunani Kuno
Pada zaman ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase. Pertama, zaman Batu Tua yang berlangsung 4 juta tahun SM (Sebelum Masehi) sampai 20.000/10.000 SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu    dan tulang, mengenal cocok taman dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif menggunakan sistem “trial and error” (mencoba-coba dan salah) kemudian bisa berkembang menjadi “know how“.
Kedua, zaman Batu Muda yang berlangsung 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai abad 20 SM. Dalam zaman ini telah berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat siginifikan. Kemampuan itu berupa kemampuan menulis (dinyatakan dengan gambar dan symbol atau lambang-lambang), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan berhitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika, perdagangan, dan hukum. Ketiga, zaman Logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM sampai dengan abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai bahan peralatan sehari-hari, baik sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan peralatan perang.
Pada zaman Batu Tua, yang menjadi tokoh utama disebut-sebut dengan manusia purba. Belum ditemukan secara spesifik data diri mereka, tetapi yang terlihat secara jelas adalah hasil karya mereka. Karya-karya mereka yang fenomenal adalah peralatan yang terbuat dari batu dan tulang. Dengan berjalannya waktu, pada zaman Batu Muda sudah ada kerajaan-kerajaan besar yang ikut andil dalam mengukir sejarah. Kerajaan itu adalah Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India , dan Cina. Karya-karya yang didapat dari zaman ini berupa batu Rosetta (Hieroglip), segitiga dengan unit 3,4,5 (segitiga siku-siku), nilai logam sebagai nilai tukar, perundangan yang ditulis, lukisan di dinding gua, tulisan Kanji (Pistographic Writing), dan zodiak.[10] Sedangkan menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, menemukakan bahwa di India sudah menemukan roda pemutar untuk pembuatan tembikar pada abad 30 SM dan punah (akibat bencana dan perang) pada abad 20 SM.
Ketiga, pada zaman Logam didominasi oleh kerajaan Mesir, tetapi kerajaan Cina dan Sumeria juga masih mempunyai peran. Pada masa ini karya-karya yang ada berupa didominasi dengan alat-alat yang terbuat dari besi dan perunggu. Seni membuat patung juga menjadi karya fenomenal pada masanya, bahkan sampai saat ini. Contohnya adalah karya-karya dari Mesir, seperti patung istri raja Fir’aun (Nefertitti). Menurut Brouwer,[11] di antara abad 15 SM di Sumeria (Irak) telah menggunakan alat-alat dari besi. Selain itu, di Cina pada abad 15 SM dinasti Shang telah menggunakan peralatan perang dari perunggu dan pada abad 5 SM dinasti Chin telah menggunakan besi untuk peralatan perang
2.  Zaman Yunani Kuno
Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap “an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis)”, dan  tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap “receptive attitude mind (sikap menerima segitu saja)”. Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya (Zaman Hellenisme) di bawah pimpinan Iskandar Agung (356–323 SM) dari Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.
Pada abad ke-0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat hambatan. hal ini  disebabkan dengan kelahiran Kristen.  Pada pada abad pertama sampai abad ke-2 M mulai ada pembagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang difokuskan di bidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah yang kedua berpusat di Alexandria, yang fokus pada bidang empiris.
Setelah Alexandria dikuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke-4 dan ke-5 M ilmu pengetahuan benar-benar beku. Menurut Hull,[12] hal ini disebabkan oleh tiga pokok penting: 1) penguasa Roma yang menekan kebebasan berpikir, 2) ajaran Kristen yang tidak boleh disangkal, 3) kerjasama gereja dan pengusa sebagai otoritas kebenaran. Walaupun begitu pada abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Pappus dan Diopanthus yang berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan-ilmuwan terkemuka, ada beberapa nama yang popular pada masa ini, yaitu:
a. Thales (624-545 SM) dari Miletos, Yunani (sekarang bagian dari Turki) adalah filsuf pertama sebelum masa Sokrates. Menurutnya, zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya ia menjadi filusuf yang mempertanyakan isi dasar alam.
b. Pythagoras (582 SM496 SM) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku- siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis.
c.  Socrates (470 SM399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di Athena. Ia tidak meninggalkan tulisan sebagai karyanya. Tetapi pemikiranya dikenal melalui tulisan yang dibuat oleh muridnya, yaitu Plato. Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sedangkan Sokrates sendiri mempunyai metode sendiri yang dikenal dengan “Maieutike Tekhne” (seni kebidanan) yaitu metode dialetika atau pengajuan pertanyaan untuk melahirkan kebenaran.Walaupun demikian, sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
d. Aristoteles (384 SM322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.  Dari kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi (Metafisika). Dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir (syllogisme). Dari keseluruhan kontribusi yang diberikan oleh Aristoteles, dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan theologi Islam oleh Ibnu Rusyd (1126 – 1198).
h. Plato (427 SM347 SM) ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”. Selain itu, ia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Misalkan saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”.  Konsep yang dikembangkan oleh Plato ini bertitik belakang dari perdebatan dari konsep yang diusung oleh Parminedes yang menganggap sesuatu realitas itu berasal dari satu hal (The One) yang tetap, dan konsep yang dikemukakan oleh Heraklios yang bertitik tolak dari hal yang banyak (The Many) yang selalu berubah.
i.  Anaximander (610 SM546 SM) siswa Thales, sang filsuf pertama. Ia hidup pada abad ke 6 SM di Miletos. Berbeda dengan Thales, ia berpendapat bahwa permulaan yang pertama, tidaklah bisa ditentukan/ tidak terbatas (Apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. 
j.  Demokreitos (460-370 SM), ia mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi, sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Atom Pertama”. Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu fisika materi yang menutup kemungkinan akan adanya intervensi Tuhan atau dewa. Demokreitos juga menjadi orang pertama yang berpendapat bahwa galaksi Bimasakti merupakan kumpulan cahaya gugusan bintang yang letaknya saling berjauhan.
k. Euklides (330-273 SM) ialah ahli matematik dari Alexandria. Dalam bukunya yang berjudul Elemen, ia – sebagai bapak geometri – mengemukakan teori bilangan dan geometri. Menurutnya satu hal yang paling penting untuk dicatat, bahwa dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan adanya contoh dari dunia nyata tetapi cukup dengan deduksi logis menggunakan aksioma-aksioma yang telah dirumuskan.  
l. Empedokles (484-424 SM) adalah seorang filsuf Yunani berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia). Hal ini dilakukannya untuk menerangkan adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur lainnya. Empedokles juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan 3 SM.  
m. Claudius Ptolemaeus (90 SM-168 M), dia adalah seorang matematikawan, astronom, ahli geografi, astrolog dan seorang penyair dari satu epigram di Anthology Yunani. Dia tinggal di Mesir di bawah Kekaisaran Romawi. Ptolemaeus adalah pengarang beberapa risalah ilmiah. Yang pertama adalah risalah astronomi yang dikenal sebagai Almagest (The Great Risalah/Risalah Matematika). Yang kedua adalah Geografi, yang merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi Yunani-Romawi dunia. Yang ketiga adalah risalah astrologi dikenal dalam bahasa Yunani sebagai Apotelesmatika atau lebih umum dalam bahasa Yunani sebagai Tetrabiblos (Empat buku). Selain itu, karena ia hidup di Mesir kemudian astronom arab, ahli geografi dan ahli fisika menyebutnya dengan namanya dalam bahasa Arab: Batlaymus.
n. Diophantus (antara 214 M – 298 M), adalah seorang ahli matematika dan karnya yang sangat terkenal adalah Arithmetica. Karyanya ini barkaitan dengan memecahkan persamaan aljabar, hal ini menyebabkan kemajuan luar biasa dalam teori bilangan, angka pecahan, dan juga membuat kemajuan dalam notasi matematika.   
o. Galenus (129 M – 200 M), yang lebih dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Galen. Ia memiliki pengaruh besar dalam kedokteran Eropa. Galen melakukan perubahan besar di bidang kesehatan. Hal yang ia lakukan di antaranya adalah operasi pembedahan otak dan mata (mengoperasi katarak), mengenalkan ilmu anatomi, dan mengemukakan empat cairan tubuh yaitu darah, empedu kuning (yellow bile), empedu hitam (black bile) dan mukus. Empat hal ini akan berputar sesuai dengan empat musim. Karya terbesarnya adalah tujuh belas buku dari On the Usefulness of the Parts of the Human Body.
p. Archimedes (sekitar 287 SM212 SM) ia adalah seorang ahli matematika, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes, dianggap sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan pada temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja), dan ulir penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan konstelasi di langit. Di bidang matematika, penemuannya terhadap nilai phi lebih mendekati dari ilmuan sebelumnya. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian dijuluki sebagai, “Bapak IPA Eksperimental”.
Selain di Yunani, astronom dan ahli matematika juga berkembang di India. Menurut Salam,[13] Aryabhata (476 M) melahirkan perhitungan desimal sederhana. Dibidang astronomi ia juga memperkenalkan sejumlah fungsi trigonometri (termasuk sinus, versine, kosinus dan sinus invers), trigonometri tabel, dan teknik-teknik dan algoritma dari aljabar.
3.  Zaman Pertengahan
Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya, zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya para Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan sebagai “Anchilla Theologiae (Pengabdi Agama)”. Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.
Ketika Bangsa Eropa mangalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini dimulai dari munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini Islam mandapatkan masa keemasannya (Golden Age). Selain itu, pada abad ini terjadi perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan Timur, seperti Ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mangatur akal sehat).
Pada masa kegelapan ini ilmu pengetahuan di Eropa tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih menjadi pegangan hanya karya Aristoteles. Pada abad 12 M, yang diklaim sebagai awal mula zaman Renaissance telah muncul beberapa nama yang mempelopori di bidang ilmu dan eksperimen, yaitu:
1)      Roger Bacon (1214 M – 1294 M), juga dikenal dengan sebutan Doctor Mirabilis (guru yang sangat mengagumkan). Ia adalah seorang filsuf Inggris yang meletakkan penekanan pada empirisme, dan dikenal sebagai salah seorang pendukung awal metode ilmiah modern di dunia Barat. Teorinya menyatakan bahwa apa yang menjadi landasan awal dan ujian akhir dari semua ilmu pengetahuan adalah pengalaman, dan syarat mutlak untuk mengolah pengetahuan adalah dengan matematika. Sehingga ia dikenal sebagai pelopor empirisme.
2)      Thomas Aquinas (1225 M -1274 M) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia. Ia terutama menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (Ikhtisar Teologi). Selain itu, karya Theologis Thomas yang sangat terkenal adalah “Summa Contra Gentiles (Ikhtisar Melawan Orang-Orang Kafir)”.
3)      Gerard van Cremona (1114 M -1187 M), adalah seorang penerjemah Arab karya ilmiah. Dia adalah salah satu orang paling penting di Toledo. Ia menerjemahkan sekitar 70 bahasa Arab dan karya-karya klasik Yunani ke dalam bahasa Latin termasuk karya Euclidius, Al-Farabi, Al-Farghani dan karya-karya lain.
4)      Giovanni Boccaccio (1313 M – 1375 M) adalah seorang Italia penulis dan penyair. Karya yang dihasilkan dalam periode ini meliputi Filostrato dan Teseida, Filocolo, sebuah versi prosa yang ada roman Prancis, dan La Caccia di Diana, sebuah puisi dalam daftar sajak oktaf neapolitan perempuan. Boccaccio terus bekerja, memproduksi Comedia delle ninfe fiorentine (juga dikenal sebagai Ameto) campuran prosa dan puisi, tahun 1341, menyelesaikan lima puluh canto puisi alegoris Amorosa visione di 1342 M, dan Fiammetta di 1343 M. Salah satu karya terakhirnya di Italia, satu-satunya karya penting lainnya adalah Corbacci.
Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab yang dipengaruhi dengan Islam. Dengan berkembangnya pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang berperan dalam perkembangan Ilmu. Beberapa tokoh ilmuwan muslim yang berpengaruh bagi sejarah perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut:[14]
1)      Al-Fārābi (870 M – 950 M). Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.
2)      Al-Khawārizmī (780 M – 850 M). Hasil pemikirannya berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku pertamanya, al-Jabar. Selain itu karyanya adalah al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala (Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan), Kitab surat al-ard (Pemandangan Bumi). Karya tersebut masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
3)      Al-Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, music (yang dibangunnya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.
4)      Al-Ghazali (1058 M – 1111 M) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya-karyanya berupa kitab Al-Munqidh min adh-Dhalal, Al-Iqtishad fi al-I’tiqad, Al-Risalah al-Qudsiyyah, Kitab al-Arba’in fi Ushul ad-Din, Mizan al-Amal, Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah, Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama) merupakan karyanya yang terkenal, Kimiya as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan), Misykah al-Anwar (The Niche of Lights), Maqasid al-Falasifah, Tahafut al-Falasifah (buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rusyd dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence), Al-Mushtasfa min ‘Ilm al-Ushul, Mi’yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge), al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance), dan Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic).
5)      Ibnu Sina (980 M -1037 M). Ia dikenal sebagai Avicenna di dunia barat. Ia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Karyanya adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Al-Qanun fi At Tibb.
6)      Ibnu Rusyd (1126 M – 1198 M) yang dalam bahasa Latin disebut dengan Averroes, dan ia adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Karya lain berupa Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).
7)      Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
8)      Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (721 M – 815 M). Dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
9)      Al-Razi (865 M – 925 M) yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia. Disamping itu Al-Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan laboratorium Kimia yang pertama di dunia. Orang pertama membuat jahitan pada perut dengan benang dibuat dari serat, dan orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan campak. Buku karya Al-Razi paling termasyhur berjudul Al-Hawi Fi Ilm Al-Tadawi yang terdiri dari 30 jilid dan dirangkum ke dalam 12 bagian dan Al-Mansuri, berisi tentang pembedahan seluruh tubuh manusia.
10)  Ibnu Haitham dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Karyanya yang terkenal adalah tentang optik dari tahun 1000, dalam Book of Optics dan dan On Twilight Phenomena. Selain itu, masih ada buku karangannya berupa Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya; Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib mengenai ilmu geometri; Kitab Tahlil ai’masa^il al ‘Adadiyah tentang algebra; Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau; Maqalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak dan Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.
11)  Al-Battani (850 M – 929 M) memberikan kontribusi untuk astronomi dan matematika. Dalam astronomi, Al-Battani juga meningkatkan ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.
Selain dari daftar nama ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan muslim yang lain. Dalam bidang fiqih ada Imam Hanafi (699M – 767 M), Imam Malik (712 M -798 M), Imam Syafi’i (767 M – 820 M) dan Imam Hanbali (780 M – 855 M) yang besar dengan kitab masing-masing. Sementara dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al Hamawi (1179 M – 1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam al-Buldan (Kamus Negara). Ibnu Yunis, yang menggabungkan do­kumen-dokumen penelitian yang dibuat 200 tahun sebelumnya dan menyiapkan­nya untuk tabel astronomi Hakimite. Umar al-Khayyãm, yang dikenal dengan karya kalender Jalali-nya yang sempurna dan dipakai di Persia un­tuk penanggalan. Cendekiawan seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison, kimiawan Muslim dianggap sebagai pendiri kimia. Abu Rayhan al-Biruni sebagai perintis indologi, geodesi dan antropologi.
Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan perkembangan ilmu mereka. Dari Cina ada salah satu contoh terbaik akan Shen Kuo (1031 M – 1095 M), seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali menggambarkan magnet-jarum kompas yang digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara sejati, perbaikan desain astronomi Gnomon, armillary bola, penglihatan tabung, dan clepsydra, dan menggambarkan penggunaan drydocks untuk memperbaiki perahu. Selain itu, Shen Kuo juga menyusun teori pembentukan tanah, atau geomorfologi. Ada juga Su Song (1020 M – 1101 M) juga seorang astronom yang menciptakan langit bintang atlas peta, menulis sebuah risalah farmasi dengan subyek terkait botani, zoologi, mineralogi, dan metalurgi, dan telah mendirikan besar astronomi Clocktower di Kaifeng pada tahun 1088.
4.  Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung dari abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan dengan kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir. Zaman ini juga disebut dengan peralihan dan kebangkitan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi kebudayaan yang modern, dan pemikiran yang terbebas dari dogma-dogma agama. Hal ini ditandai dengan lahirnya penemuan-penemuan baru. Pada masa kebangkitan ini, mulai bermunculan ilmuwan-ilmuwan baru. Mereka telah menemukan teori atau konsep baru yang menjadi sejarah dalam perkembangan ilmu, mereka itu adalah:
1)   Niklas Koppernigk atau Nicolaus Copernicus (1473 M – 1543 M) adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkebangsaan Polandia. Ia mengembangkan teori heliosentrisme (berpusat di matahari). Teorinya tentang matahari sebagai pusat Tata Surya, yang menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta) dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan merupakan titik mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern (teori ini menimbulkan revolusi ilmiah). Karya terobosannya berjudul On the Revolutions of the Heavenly Spheres (Mengenai perputaran Bola-Bola Langit), yang diterbitkan pada tahun 1543 M.
2)   Galileo Galilei (1564 M - 1642 M) adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop (dengan 32x pembesaran) dan berbagai observasi astronomi seperti menemukan satelit alami Jupiter -Io, Europa, Ganymede, dan Callisto- pada 7 Januari 1610. Buku karangannya adalah Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632, dan Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze diterbitkan di Leiden pada 1638.
3)   Tycho Brahe (1546 M – 1601 M) adalah seorang bangsawan Denmark yang terkenal sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Ia memiliki sebuah observatorium yang dinamai Uraniborg, di Pulau Hven. Asistennya yang paling terkenal adalah Johannes Kepler.
4)   Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), seorang tokoh penting dalam revolusi ilmiah, ia adalah seorang astronom Jerman, matematikawan dan astrolog. Penjelasan Kepler tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement to Witelo, Expounding the Optical Part of Astronomy (Suplemen untuk Witelo, Menjabarkan Bagian Optik dari Astronomi). Karya Kapler yang lain berupa buku Mysterium cosmographicum (Misteri Kosmmografis), Astronomiae Pars Optica (Bagian Optik dari Astronomi), De Stella nova in pede Serpentarii (Tentang Bintang Baru di Kaki Ophiuchus), Astronomia nova (Astronomi Baru), Dioptrice (Dioptre), Epitome astronomiae Copernicanae (diterbitkan dalam tiga bagian dari 1618-1621), Harmonice Mundi (Keharmonisan Dunia), Tabulae Rudolphinae (Tabel-Tabel Rudolphine), dan Somnium (Mimpi).
5)   Francis Bacon (1561 M – 1626 M) adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Karya-karyanya membangun dan mempopulerkan metodologi induksi untuk penelitian ilmiah, seringkali disebut metode Baconian atau, secara sederhana, metode ilmiah. Karya Francis Bacon yang terpenting adalah Novum Organum. Dalam Novum Organum, sistem logika ia percaya akan lebih tinggi daripada cara lama silogisme, yang dikenal sebagai metode Bacon. Karya ini sangat penting dalam perkembangan historis metode ilmiah.
6)   Andreas Vesalius (1514 M – 1564 M), ia adalah ahli anatomi. Karyanya berupa buku De Humanis Corporis Fabrica (Pengerjaan Tubuh Manusia). Karyanya yang lain ialah Tabulae Anatomicae Sex,  tujuh jilid dari  De humani corporis fabrica, sebuah buku yang dipersembahkan untuk Charles V, Andrea Vesalii suorum de humani corporis fabrica librorum epitome yang didedikasikan untuk Philip II dari Spanyol. Karya ini menekankan keutamaan pembedahan dan memperkenalkan isilah pandangan anatomis tubuh manusia. Maka dari itu, Vesalius disebut-sebut sebagai pemulai masa anatomi manusia modern. Vesalius juga membuktikan bahwa tulang dada (sternum) terdiri dari tiga bagian. Ia pun juga menulis Radicis Chynae, sebuah teks pendek mengenai tumbuhan obat.
5.     Zaman Modern
Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M, nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai adanya penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Ada tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453.
Ilmuwan pada zaman ini membuat penemuan dalam bidang ilmiah. Eropa yang merupakan basis perkembangan ilmu melahirkan ilmuwan yang populer. Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adalah Rene Descartes, Isaac Newton, Charles Darwin, dan J.J. Thompson. Berikut lebih lengkapnya:[15]
1)   Isaac Newton (1643 M - 1727 M), ia adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiwan, dan teolog. Bahka ia dikatakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687. Buku ini meletakkan dasar-dasar mekanika klasik (menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad). Buku-buku karyanya adalah Method of Fluxions (1671), De Motu Corporum 1684), Opticks (1704), Reports as Master of the Mint (1701-1725), Arithmetica Universalis (1707), dan An Historical Account of Two Notable Corruptions of Scripture(1754).
2)   René Descartes (1596 M - 1650 M), ia juga dikenal sebagai Renatus Cartesius. Ia adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641). Descartes, kadang dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”. Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir. Hasil pemikirannya berupa konsep “Aku berpikir maka aku ada (I think, therefore I am). Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
3)   Charles Robert Darwin (1809 M - 1882 M) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat). Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life (biasanya disingkat menjadi The Origin of Species) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang. Buku karangan Darwin tentang tanaman dan binatang, termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals. Bukunya yang terakhir adalah tentang cacing tanah.
4)   Joseph John Thomson (1856 M -1940 M) ia adalah seorang ilmuwan yang penelitiannya membuahkan penemuan elektron. Thomson mengetahui bahwa gas mampu menghantar listrik. Ia menjadi perintis ilmu fisika nuklir. Struktur atom yang menjadi fokus Thomson ditulis dalam bukunya yang berjudul Treatise on the Motion of Vortex Rings, dia juga  menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom-atom dan molekul-molekul yang berbeda, dengan menggunakan sinar positif.
Masih banyak ilmuwan lain yang memegang peran dalam perkembangan ilmu, diantaranya seperti Michael Faraday (1791 M -1867 M) yang mendapat julukan “Bapak Listrik“, karena berkat usahanya listrik menjadi teknologi yang banyak gunanya, dan Blaise Pascal (1623 M – 1662 M) adalah seorang ahli matematika, fisika, dan agama filsuf. Karyanya berupa kontribusi penting pada pembangunan mekanis kalkulator. Kemudian dari perkembangan ilmu sosial, muncul nama Auguste Comte (1798 M – 1857 M),[16] ia adalah tokoh yang mengusung “Filsafat Positivisme” dengan karyanya Cours De Philosophie Positive (Uraian tentang filsafat positivisme). Istilah dari “positif” ini sebagai sesuatu yang nyata, tepat, pasti, dan memberi manfaat.
6. Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Hal ini disebabkan karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta.
Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein,[17] ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein yang paling dikenal adalah E=mc².
Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah  buku yang berjudul The Nature of Chemical Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik DNA,rahasia kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat medis yang besar.
Pada tahun yang sama, percobaan Miller-Urey dibuktikan dalam sebuah simulasi proses primordial, yang merupakan unsur dasar protein, sederhana asam amino, bisa dibangun sendiri dari molekul sederhana. Pada tahun 1925, Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger memformulasikan mekanika kuantum, yang menjelaskan teori kuantum sebelumnya. Kemudian ada juga pengamatan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929 bahwa kecepatan di mana galaksi surut berkorelasi positif dengan jarak, mengarah pada pemahaman bahwa alam semesta mengembang, dan perumusan teori Big Bang oleh Georges Lemaitre. Pengembangan bom atom di era “Sains Besar” selanjutnya terjadi selama Perang Dunia II, yang mengarah ke aplikasi praktis dari radar dan pengembangan dan penggunaan bom atom. Meskipun proses itu dimulai dengan penemuan siklotron oleh Ernest O. Lawrence di tahun 1930-an. Di bidang Geologi yang paling fenomenal adalah teori “pergeseran benua” oleh Alfred Wegener. Teori “Lempeng Tektonik” itu sudah digagas pada tahun 1910-an, data dikumpulkan pada 1950 sampai 1960-an, kemudian diakui dan digunakan pada tahun 1970.
Itulah sebagian besar tokoh dan hasil pemikiran atau karya mereka menurut zamannya masing-masing yang memiliki pengaruh besar sampai sekarang.


F.        Penutup
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu; dan Sophia artinya kebijaksanaan. Jadi diartikan sebagai cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Menurut Jujun, filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara sesifik mengkai hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu ini dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu social.
 Filsafat mulai beranjak sejak zaman purba yakni pada abad ke-6 sebelum Masehi (600 < SM- > 500 setelah masehi), yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.  Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Memasuki abad pertengahan (100-1600 M) dimana peran para sufi (filsuf Islam) mulai membuka nuansa pikir para filsuf barat untuk sadar bahwa hidup bukan saja berpatokan pada faham rasionalisme dan empirisme semata lewat penelitian indera, tapi kendali utamanya berada pada rasa (qalbu) yang akan mempengaruhi subjektivisme dengan objektivisme   yang bersetara dengan positivisme hingga relativisme dengan kajian-kajiannya tidak akan berhenti.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dibagi menjadi: Zaman Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan Zaman Kontemporer. Pada zaman tersebut terdapat masing-masing orang yang ahli dibidangnya dan memiliki pemikiran filsafat yang sangat berpengaruh sampai zaman sekarang.

 
DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. 1996. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogjakarta: Teras
Poedjawijatna, I.R., 1980.  Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Cetakan kelima. Jakarta: PT Pembangunan.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. 2003. Filsafat Ilmu. cet. Ke III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salam , Burhanuddin. 2004. Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi, Jakarta : Rineka  Cipta.

Suriasumantri, Jujun S., 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tafsir, Akhmad. 2000. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra.  Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Thoyibi, Muhammad. 1997. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Surakarta: Muhammadiyyah University Press.
Yunus , Yuswar.  2012.  Filsafat Ilmu (Metode Praktis Untuk Penelitian S-1, S-2, dan S-3) Falsafah Durian dengan Aromanya. Bandung: Alfabeta.

Referensi dari internet:
http://jamaludinassalam.wordpress.com/tag/makalah-filsafat-ilmu/ Diunggah hari Senin tanggal 14 April 2014.
http://gumuntur.wordpress.com/filsafat-ilmu/diunggah hari Senin tanggal 14 April 2014.


[1] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. Ke III, hal. 2 dan 4.
[2] Yuswar Yunus, Filsafat Ilmu (Metode Praktis Untuk Penelitian S-1, S-2, dan S-3) Falsafah Durian dengan Aromanya, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 6.
[3] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Op. cit, hal. 49.
[4] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Op. cit, hal. 51-52.
[5] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007).
[6] I.R.Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: PT Pembangunan, 1980), cetakan kelima, hlm.19-21.
[7] Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009), hlm.48-50 dan 58. Akhmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Edisi Revisi, hlm. 49
[8] Yuswar Yunus, Filsafat Ilmu (Metode Praktis untuk Penelitian S-1, S-2, dan S-3) Falsafah Durian dengan Aromanya, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 3.
[9] Lihat dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu karangan The Liang Gie (1996), buku Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi karangan Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya karangan M. Thoyibi (1997), serta buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001).
[10] Burhanuddin Salam. 2004. Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi. (Jakarta : Rineka  Cipta, 2004), hal. 30-34.
[11] Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: LIBERTY
[12] Burhanuddin Salam, op. Cit, hal. 52.
[13] Burhanuddin Salam, Op. cit, hal. 48.
[14] Lihat buku Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi karangan Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya  karangan M. Thoyibi (1997), serta buku  Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001).
[15] Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Op. cit, hal. 79-83.
[16] Muhammad Thoyibi. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. (Surakarta: Muhammadiyyah University Press, 1997), hal. 59.
[17] Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Op. cit, hal. 83.