Rabu, 01 Januari 2014

Keanekaragaman Plankton Di Krueng Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya



Keanekaragaman Plankton Di Krueng Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Oleh    : Radhiati
Pembimbing   :  Dr. Abdullah, M.Si dan Dra. Asiah MD, M.P
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Biologi Unsyiah

ABSTRAK

Penelitian tentang “Keanekaragaman Plankton di Krueng Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya” telah dilakukan pada tanggal 23 Juni sampai dengan 13 Juli 2009. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis-jenis dan indeks keanekaragaman plankton serta tingkat pencemaran di Krueng Meureudu. Metode penelitian adalah metode survei dengan teknik purposive random sampling. Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 3 stasiun, dan pada masing-masing stasiun terdapat 2 titik pengamatan (bagian pinggir dan bagian tengah). Parameter yang diamati adalah jumlah jenis dan jumlah individu plankton di Krueng Meureudu. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 97 jenis plankton dari seluruh stasiun dengan total individu jenis sebanyak 1022. Indeks keanekaragaman plankton pada stasiun I sebanyak 3,172, stasiun II sebanyak 3,185, dan stasiun III sebanyak 2,487. Simpulan dari hasil penelitian adalah indeks keanekaragaman plankton di Krueng Meureudu memiliki dua kategori yaitu kategori tinggi (H>3) pada stasiun I dan II, serta kategori sedang (1<H<3) pada stasiun III, sedangkan kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman tersebut termasuk kategori tidak tercemar (pada stasiun I dan II) dan tercemar sedang (pada stasiun III).

Kata kunci: keanekaragaman, plankton, Krueng Meureudu, pencemaran.


Research on "Plankton Diversity in Krueng Meureudu Meureudu Pidie Jaya district" has been carried out on June 23 until July 13, 2009. This study aims to determine the types and plankton diversity index and the level of pollution in Krueng Meureudu. The research method is a survey method with purposive random sampling technique. Sampling sites were divided into 3 stations, and at each station there are two observation points (the edges and the center). The parameters measured were the number of species and number of individual plankton in Krueng Meureudu. The results were obtained as many as 97 species of plankton around the station for a total of as many as 1022 individual species. Plankton diversity index at station I as much as 3,172, as many as 3,185 stations II, and III as many as 2,487 stations. The conclusions of the research is the diversity index of plankton in Krueng Meureudu has two categories, high (H> 3) at station I and II, as well as the medium category (1 <H <3) on third station, while the water quality based on the diversity indices including category is not contaminated (at station I and II) and the contaminated medium (at station III).

Keywords: diversity, plankton, Krueng Meureudu, pollution

PENDAHULUAN
Ekosistem perairan, baik perairan sungai, danau, maupun perairan pesisir dan laut, merupakan kesatuan dari komponen abiotik dan biotik yang berhubungan satu sama lain dan saling berhubungan membentuk suatu struktur fungsional. Pemanfaatan sumber alam akan menyebabkan terjadinya perubahan suatu ekosistem, bahkan pada akhirnya juga akan mengubah komunitas organisme yang ada. Menurut Walker (1981), organisme yang dapat dijadikan sebagai indikator biologi pada perairan tercemar adalah organisme yang dapat memberikan respons terhadap sedikit banyak bahan pencemar dan meningkatkan populasi organisme tersebut. Organisme yang berperan penting sebagai indikator suatu perairan salah satunya adalah plankton. Plankton  adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan, mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat  melawan arus. Plankton ada yang dapat  bergerak aktif seperti hewan dan disebut plankton hewan (zooplankton), dan ada yang dapat berfotosintesis seperti tumbuhan yang disebut plankton nabati (phytoplankton). Berdasarkan habitatnya plankton dapat ditemui hidup di sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut (Fachrul, 2007:89).
Komunitas plankton di daerah sungai memiliki jenis yang beragam baik dari fitoplankton maupun zooplankton. Seperti halnya Sungai (krueng)Meureudu yang  membatasi Kecamatan Meureudu dengan Meurah Dua. Sungai ini memiliki luas 406,8 km2, panjang 33 km, lebar 60 m, anak sungai 31 buah, dan kelerengan 0,0149o (Anonymous, 2008). Krueng Meureudu ini dimanfaatkan oleh masyarakat disekitarnya untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, dan kakus (MCK). Sungai ini juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah, baik limbah domestik, maupun limbah non domestik.
Aktifitas  yang dilakukan masyarakat di sepanjang badan sungai Meureudu baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan biota-biota perairan khususnya plankton di sungai tersebut. Data dan informasi tentang keanekaragaman plankton di Krueng Meureudu belum di deskripsikan secara lengkap. Padahal informasi ini sangat dibutuhkan sebagai data awal tentang penelitian plankton, serta dapat dijadikan sebagai media penunjang pembelajaran Biologi. Oleh sebab itu maka peneliti ingin meneliti tentang “Keanekaragaman Plankton di Krueng Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan indeks keanekaragaman plankton yang terdapat di Krueng Meureudu, serta untuk mengetahui tingkat pencemaran Sungai Meureudu dengan menggunakan Bioindikator plankton.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juni sampai dengan 13 Juli 2009. Tempat penelitian yaitu di Krueng Meureudu, Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.
Untuk pengidentifikasian, sampel yang telah di dapat diidentifikasi di laboratorium FKIP Biologi Universitas Syiah Kuala. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring plankton (plankton net), water sampler 1,5 L atau ember plastik volume 15 L, botol film/ botol sampel, thermometer air raksa, salinometer, hygrometer, secci dish, stopwatch, pH meter, botol plastik, tali dan meteran, pipet tetes atau jarum suntik, alat tulis, kertas label, kamera digital, buku identifikasi, mikroskop binokuler, kaca benda dan kaca penutup, lugol, alkohol 70% atau formalin 4%, dan aquadest.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik purposive random sampling, sampel yang diambil dibagi menjadi 3 stasiun, yaitu:
  • Stasiun I : bagian tengah I yaitu di irigasi Leubok. Disekitar stasiun masih banyak terdapat pohon, dan jarang ditemukan kawasan pertanian. Sehingga dimungkinkan keadaan sungai belum tercemar.
  • Stasiun II : bagian tengah II yaitu di Desa Manyang Lancok. Penentuan stasiun ini disebabkan di sekitar sungai terdapat sawah, ladang, dan rumah-rumah penduduk, sehingga sisa-sisa pestisida, sabun dan deterjen bekas cucian bebas mengalir ke dalam sungai. Diduga kondisi ini akan mencemari sungai tersebut.
  • Stasiun III : bagian muara yakni di sekitar Jembatan Keude Meureudu. Disekitar stasiun ini banyak terdapat perumahan, pasar dan kapal-kapal yang berlabuh. Diduga sisa-sisa pembuangan dari pasar, oli dan bahan bakar kapal  dapat mencemari sungai serta dapat mengganggu keanekaragaman plankton.
Pada masing-masing stasiun tersebut ditentukan 2 titik pengamatan (tengah dan pinggir). Populasi penelitian ini adalah semua jenis plankton yang ada di lokasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 waktu yaitu pada pagi hari yaitu pukul 08.00-10.00 WIB, siang hari yaitu pukul 12.00-14.00 WIB, dan sore hari yaitu pukul 16.00-18.00 WIB, hal ini berdasarkan pada intensitas cahaya, pengaruh angin, deras aliran, ketinggian air, dan aktifitas yang dilakukan dalam waktu-waktu tersebut.
Teknik Pengumpulan dan Pengawetan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara, jika pada perairan dalam maka penyaringan air sebanyak 100 liter dari lokasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan water sampler 10 liter, jika perairan dangkal maka penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan ember ukuran 15 liter dan dilakukan sebanyak 7 kali pengulangan. Air yang terkumpul lalu disaring dengan plankton net yang dibawahnya diletakkan botol penampung sampel (botol film) yang bervolume 20-25 mL. Selanjutnya ke dalam botol yang telah berisi sampel diawetkan dengan memberikan lugol 1 tetes dan formalin 4% sebanyak 2 tetes dan diberi label. Pada label dituliskan nama lokasi, nomor stasiun, waktu dan tanggal pengambilan.
Teknik Pengamatan dan Penghitungan Sampel
            Teknik pengamatan dan penghitungan sampel ini meliputi pengamatan sampel dibawah mikroskop dan pengidentifikasian. Cara kerjanya yaitu:
Sampel yang hendak diamati dikocok lebih dahulu sampai rata semua, lalu diambil sebanyak 1 mL dengan menggunakan pipet tetes/jarum suntik. Selanjutnya diteteskan pada kaca benda sebanyak 1 tetes  dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati dengan mikroskop. Pengamatan dilakukan dengan metode zigzag menggunakan 3 garis pandang (dari 9 bidang pandang) yakni dengan mengamati bagian atas, tengah dan bawah. Jenis-jenis yang di dapat lalu di foto dan di identifikasi dengan menggunakan buku Davis (1951), Romimohtarto (2005), dan buku lainnya, dicatat jumlah individu plankton tersebut. Dalam satu sampel diambil 1 mL dan dilakukan pengamatan sebanyak 5 kali ulangan.
Parameter penelitiannya adalah jumlah jenis plankton di Krueng Meureudu. Parameter pendukung lainnya adalah salinitas, kejernihan (kecerahan), suhu air, keasaman, kelembaban udara, kecepatan arus, kedalaman air, dan sumber pencemar.
Data yang didapat lalu dianalisis dengan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Weaver (H), yaitu: H= -∑ Pi loge Pi (Molles, 2002:376). Dengan kriteria: H<1= indeks keanekaragaman rendah (air tercemar berat), 1H3= indeks keanekaragaman sedang (air tercemar sedang), dan H>3= indeks keanekaragaman tinggi (air tidak tercemar) (Fachrul, 2007:109).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada sampel dari perairan Krueng Meureudu, maka ditemukan sebanyak 97 jenis plankton dari 6 kelas, yaitu Chlorophyta (ganggang hijau), Flagellata dengan subkelas Euglenophyta, Cyanophyta (ganggang hijau biru), Chrysophyta (ganggang keemasan) dan subkelas Bacillariophyta (ganggang kersik/batang), serta beberapa jenis dari kelas Arthropoda dan Rhizopoda (Tabel 1). Kebanyakan jenis plankton yang diperoleh adalah jenis fitoplankton yaitu dari kelas Chlorophyta, ini menandakan bahwa fitoplankton merupakan jenis plankton yang sangat diperlukan di suatu perairan. Seperti yang dijelaskan oleh Anonymous (2009), bahwa “Fitoplankton mempunyai fungsi penting di suatu perairan, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil”.
Tabel 1. Jumlah dan Jenis Plankton Pada Seluruh Stasiun di Perairan Krueng Meureudu
No.
Nama Spesies
Ordo
Stasiun
I
StasiunII
StasiunIII
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
1
Enteromorpha prolifera
Ulvales
8
26
40
74
2
Mesotaenium aplanosporum
Heterococcales
8
2
2
12
3
Monallantus brevycylindrus
Zygnematales
33
59
54
146
4
Gonatozygon kinahani
Zygnematales
3
3
1
7
5
Chlorogibba trocisciaeformis
Heterococcales
30
57
82
169
6
Difflugia bacillifera
Testacealobosa
1
-
-
1
1
2
3
4
5
6
7
7
Cryptodifflugia compresa
Testacealobosa
1
1
1
3
8
Brebissonia boeckii
Bacillariales
1
-
-
1
9
Cladophora glomerata
Cladophorales
4
4
8
16
10
Tolypella glomerata
Charales
2
3
4
9
11
Myrmecia aquatica
Chlorococcales
17
13
3
33
12
Pleurotaenium ehrenbergii
Zygnematales
10
21
33
64
13
Hemidinium nasutum
Peridiniales
1
2
1
4
14
Hypnodinium sphaericum
Dinocapsales
1
-
-
1
15
Nebella collaris
Testacealobosa
2
-
-
2
16
Gloeocystis gigas
Tetrasporales
2
1
-
3
17
Trochiscia pachyderma
Chlorococcales
1
-
1
2
 18
Peranema trychoporum
Euglenales
1
15
2
19
 19
Prasiola mexicana
Schizogoniales
3
3
3
9
 20
Navicula radiosa
Bacillariales
1
-
-
1
 21
Closteriopsis longissima
Chlorococcales
4
11
32
47
 22
Nebella militaris
Tetacealobosa
2
-
-
2
 23
Euglenopsis vorax
Euglenales
1
-
-
1
 24
Pinnularia viridis
Bacillariales
1
-
-
1
 25
Trachychloron biconicum
Heterococcales
5
8
26
39
 26
Rhabdomonas incurva
Euglenales
1
-
-
1
 27
Pedinopera granulosa
Volvocales
1
-
-
1
 28
Chlorallanthus oblongus
Heterococcales
25
9
21
55
 29
Anisonema ovale
Euglenales
6
1
-
7
 30
Dinema griseolum
Euglenales
16
-
-
16
 31
Monostroma quaternarium
Ulvales
1
2
2
5
 32
Anomoeoneis sphaeroplea
Bacillariales
2
-
-
2
 33
Arachnochloris minor
Heterococcales
5
2
12
19
 34
Pleurogaster lunaris
Heterococcales
3
9
16
28
35
Ceratoneis arcus
Bacillariales
4
-
-
4
36
Dermatophyton radians
Ulotrichales
1
-
-
1
37
Sphaeroplea annulina
Sphaeropleales
1
2
2
5
38
Desmidium grevillii
Zygnematales
1
2
-
3
39
Spirogyra varians
Zygnematales
1
3
1
5
40
Fragilaria capucina
Bacillariales
1
1
2
4
41
Rizoclonium hieroglyphicum
Cladophorales
7
6
17
30
42
Drapalnaldiopsis alpina
Ulotrichales
1
2
-
3
43
Cymatopleura solea
Bacillariales
1
-
-
1
44
Cylindrocapsa geminella
Ulotrichales
1
3
-
4
45
Pleurotaenium trochiscum
Zygnematales
-
22
23
45
46
Roya anglica
Zygnematales
1
-
-
1
47
Sirogonium sticticum
Zygnematales
1
1
-
2
48
Microspora amoena
Ulotrichales
1
-
-
1
49
Cocconeis placentula
Bacillariales
1
1
-
2
50
Pediastrum tetras
Chlorococcales
1
-
-
1
51
Lesquerensia modesta
Testacealobosa
1
-
-
1
52
Pleurococcus naegelii
Oedogoniales
1
-
-
1
53
Chrysamoeba radians
Rhizochrisidales
1
-
-
1
54
Chrysopyxis bipes
Rhizochrisidales
1
-
-
1
55
Botrydiopsis arhiza
Heterococcales
1
-
-
1
56
Basicladia chelonum
Cladophorales
1
11
7
19
57
Gomphonema parvulum
Bacillariales
-
1
-
1
58
Chlorococcum humicola
Chlorococcales
-
3
3
6
1
2
3
4
5
6
7
59
Micrasterias radiata
Zygnematales
-
3
-
3
60
Microthamnion strictissimum
Cladophorales
-
1
-
1
61
Phaeothamnion confervicola
Chrysotrichales
-
4
2
6
62
Uronema elongatum
Ulotricales
-
1
-
1
63
Chrysidiastrum catenatum
Rhizochrysidales
-
1
-
1
64
Gloeotanium loitlesbergianum
Chlorococcales
-
1
-
1
65
Pandorina morum
Chlorococcales
-
1
-
1
66
Siderocelis ornatus
Volvocales
-
2
-
2
67
Leuvenia natans
Heterococcales
-
1
-
1
68
Skadovskiella sphagnicola
Chrysomonadales
-
1
-
1
69
Zygnema insigne
Zygnematales
-
1
-
1
70
Epichrysis paludosa
Chrysosphaerales
-
3
1
4
71
Kyliniella latvica
Bangiales
-
1
-
1
72
Nostoc linckia
Nostocales
-
3
-
3
73
Bulbochaete varians
Oedogoniales
-
1
-
1
74
Actinastrum gracillimum
Chlorococcales
-
1
-
1
75
Chaetophora incrassata
Ulotrichales
-
2
-
2
76
Spirotaenia condensata
Zygnematales
-
6
3
9
77
Caloneis amphisbane
Bacillariales
-
2
-
2
78
Denticula thermalis
Bacillariales
-
1
-
1
79
Pseudolvella americana
Ulotrichales
-
3
2
5
80
Lemanea annulata
Ulotrichales
-
1
-
1
81
Binuclearia tatrana
Ulotrichales
-
1
-
1
82
Tabellaria fenestrata
Bacillariales
-
1
-
1
83
Bumilleriopsis breve
Heterococcales
-
-
8
8
84
Nostochopsis lobatus
Nostocales
-
-
1
1
85
Chlorosarcina minor
Tetrasporales
-
-
2
2
86
Coleochaete scutata
Ulotrichales
-
-
1
1
87
Phaeoplaca thallosa
Chrysocapsales
-
-
2
2
88
Chrysapsis sagene
Chrysomonodales
-
-
1
1
89
Characiopsis longipes
Heterococcales
-
-
1
1
90
Campsopogon cauruleus
Bangiales
-
-
1
1
91
Quadrigula closteriodes
Tetrasporales
-
-
1
1
92
Polyedriopsis spinulosa
Tetrasporales
-
-
1
1
93
Oophila amblystomatis
Chlorococcales
-
-
6
6
94
Protococcus viridis
Ulotrichales
-
-
1
1
95
Schroederia setigera
Chlorococcales
-
-
2
2
96
Chaos diffluens
Amoebaeae
-
1
-
1
97
Cyclops sp.
Cyclopoida
-
-
1
1

              Jumlah

233
353
436
1022
(Sumber: Data penelitian primer 2009)
            Jenis yang paling sering ditemukan pada ketiga stasiun adalah jenis fitoplankton dari kelas Chlorophyta, yaitu Chlorogibba trocisciaeformis, Monallantus brevycylindrus, Enteromorpha prolifera, Pleurotaenium ehrenbergii, dan Chlorallanthus oblongus, selain jenis-jenis dari kelas lain (termasuk zooplankton) dalam jumlah yang sedikit. Dari kelima jenis tersebut, yang paling banyak ditemukan adalah jenis Chlorogibba trocisciaeformis dan paling tinggi ditemukan pada stasiun III yang berada di muara, hal ini disebabkan karena plankton jenis ini mampu bertahan di semua tempat dan ini dibuktikan dengan keadaan faktor fisik, biologi dan kimia dari perairan tersebut (Tabel 2).

Tabel 2. Faktor Fisik-Kimia Perairan Krueng Meureudu (Kejernihan, Suhu Air, Kelembaban Udara, Salinitas, pH, Kecepatan Arus, dan Kedalaman Air).
No.
Parameter yang diukur
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Pagi
(09.00-10.00)
Siang
(12.00-14.00)
Sore
(16.00-18.00)
Pagi
(09.00-10.00)
Siang
(12.00-14.00)
Sore
(16.00-18.00)
Pagi
(09.00-10.00)
Siang
(12.00-14.00)
Sore
(16.00-18.00)
1
Kejernihan (cm)
31
23
17
30
40
42
135
135
60
2
Suhu air ( 0C)

25
29
28
25
29
28
28
30
29
3
Kelembaban udara (oC)
0,5
4
5
2
3
5
3
6
4,5
4
Salinitas (o/oo)

30
30
30
50
50
50
80
80
80
5
pH

8,3
8,3
8,3
8,2
8,2
8,2
7,9
7,9
8,0
6
Kecepatan arus (m)
16
20
24
15
20
22
2
9
4
7
Kedalaman air (cm)
51
30
25
55
53
50
212
156
115
(Sumber: Data penelitian primer 2009)

Sedangkan untuk indeks keanekaragaman plankton di perairan Krueng Meureudu pada seluruh stasiun dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pada stasiun I dan stasiun II memiliki tingkat keanekaragaman sebanyak 3,172 dan 3,185, maka berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman nilai tersebut termasuk ke dalam kategori keanekaragaman tinggi dan menandakan kriteria kualitas air bersih. Sedangkan pada stasiun III indeks keanekaragamannya sebanyak 2,487 maka termasuk dalam kategori keanekaragaman sedang dan kualitas air tercemar sedang.




Indeks keanekaragaman
No.
Nama Spesies
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
1
2
3
4
5
1
Enteromorpha prolifera
-0,115
   -0,193
-0,020
2
Mesotaenium aplanosporum
-0,277
-0,031
-0,026
3
Monallantus brevycylindrus
-0,115
-0,299
-0,259
4
Gonatozygon kinahani
-0,056
-0,039
-0,012
5
Chlorogibba trocisciaeformis
-0,264
-0,294

6
Difflugia bacillifera
-0,022
-
-
7
Cryptodifflugia compresa
-0,022
-0,017
-0,012
8
Brebissonia boeckii
-0,022
-
-
9
Cladophora glomerata
-0,069
-0,017
-0,072
10
Tolypella glomerata
-0,042
-0,039
-0,042
11
Myrmecia aquatica
-0,191
-0,122
-0,035
12
Pleurotaenium ehrenbergii
-0,135
-0,167
-0,196
13
Hemidinium nasutum
-0,022
-0,031
-0,012
14
Hypnodinium sphaericum
-0,022
-
-
15
Nebella collaris
-0,042
-
-
16
Gloeocystis gigas
-0,042
-
-
17
Trochiscia pachyderma
-0,022
-
-0,012
 18
Peranema trychoporum
-0,042
-0,133
-0,026
 19
Prasiola mexicana
-0,056
-0,039
-0,035
 20
Navicula radiosa
-0,022
-
-
 21
Closteriopsis longissima
-0,069
-0,108
-0,193
 22
Nebella militaris
-0,022
-
-
 23
Euglenopsis vorax
-0,022
-
-
 24
Pinnularia viridis
-0,022
-
-
 25
Trachychloron biconicum
-0,081
-0,087
-0,169
 26
Rhabdomonas incurva
-0,022
-
-
 27
Pedinopera granulosa
-0,022
-
-
 28
Chlorallanthus oblongus
-0,239
-0,092
-0,146
 29
Anisonema ovale
-0,095
-0,017
-
 30
Dinema griseolum
-0,185
-
-
 31
Monostroma quaternarium
-0,022
-0,031
-0,026
 32
Anomoeoneis sphaeroplea
-0,042
-
-
 33
Arachnochloris minor
-0,081
-0,031
-0,100
 34
Pleurogaster lunaris
-0,056
-0,092
-0,122
35
Ceratoneis arcus
-0,069
-
-
36
Dermatophyton radians
-0,022
-
-
37
Sphaeroplea annulina
-0,022
-0,031
-0,026
38
Desmidium grevillii
-0,022
-0,031
-
39
Spirogyra varians
-0,022
-0,039
-0,012
40
Fragilaria capucina
-0,022
-0,017
-0,026
41
Rizoclonium hieroglyphicum
-0,105
-0,069
-0,127
42
Drapalnaldiopsis alpina
-0,022
-
-
43
Cymatopleura solea
-0,022
-
-
44
Cylindrocapsa geminella
-0,022
-0,039
-
45
Pleurotaenium trochiscum
-
-0,172
-0,156
46
Roya anglica
-0,022
-
-
47
Sirogonium sticticum
-0,022
-0,017
-
48
Microspora amoena
-0,022
-
-
1
2
3
4
5
49
Cocconeis placentula
-0,022
-0,017
-
50
Pediastrum tetras
-0,022
-
-
51
Lesquerensia modesta
-0,022
-
-
52
Pleurococcus naegelii
-0,022
-
-
53
Chrysamoeba radians
-0,022
-
-
54
Chrysopyxis bipes
-0,022
-
-
55
Botrydiopsis arhiza
-0,022
-
-
56
Basicladia chelonum
-0,022
-0,108
-0,066
57
Gomphonema parvulum
-
-0,017
-
58
Chlorococcum humicola
-
-0,039
-0,035
59
Micrasterias radiata
-
-0,039
-
60
Microthamnion strictissimum
-
-0,017
-
61
Phaeothamnion confervicola
-
-0,050
-0,026
62
Uronema elongatum
-
-0,017
-
63
Chrysidiastrum catenatum
-
-0,017
-
64
Gloeotanium loitlesbergianum
-
-0,017
-
65
Pandorina morum
-
-0,017
-
66
Siderocelis ornatus
-
-0,031
-
67
Leuvenia natans
-
-0,017
-
68
Skadovskiella sphagnicola
-
-0,017
-
69
Zygnema insigne
-
-0,017
-
70
Epichrysis paludosa
-
-0,039
-0,012
71
Kyliniella latvica
-
-0,017
-
72
Nostoc linckia
-
-0,039
-
73
Bulbochaete varians
-
-0,017
-
74
Actinastrum gracillimum
-
-0,017
-
75
Chaetophora incrassata
-
-0,031
-
76
Spirotaenia condensata
-
-0,069
-0,035
77
Caloneis amphisbane
-
-0,031
-
78
Denticula thermalis
-
-0,050
-
79
Pseudolvella americana
-
-0,039
-0,026
80
Lemanea annulata
-
-0,017
-
81
Binuclearia tatrana
-
-0,017
-
82
Tabellaria fenestrata
-
-0,017
-
83
Bumilleriopsis breve
-
-
-0,072
84
Nostochopsis lobatus
-
-
-0,012
85
Chlorosarcina minor
-
-
-0,026
86
Coleochaete scutata
-
-
-0,012
87
Phaeoplaca thallosa
-
-
-0,026
88
Chrysapsis sagene
-
-
-0,012
89
Characiopsis longipes
-
-
-0,012
90
Campsopogon cauruleus
-
-
-0,012
91
Quadrigula closteriodes
-
-
-0,012
92
Polyedriopsis spinulosa
-
-
-0,012
93
Oophila amblystomatis
-
-
-0,060
94
Protococcus viridis
-
-
-0,012
95
Schroederia setigera
-
-
-0,026
96
Chaos diffluens
-
-0,017
-
97
Cladocera sp.
-
-0,012
-
Total indeks keanekaragaman (H)
3,172
3,185
2,487






(Sumber: Data penelitian primer 2009)

Berikut diagram pie tentang indeks keanekaragaman plankton di Krueng Meureudu:


Gambar Diagram Pie Indeks Keanekaragaman Plankton Pada Seluruh Stasiun

Untuk stasiun I dan II memiliki indeks keanekaragaman tinggi, dikarenakan pengambilan sampel dilakukan pada perairan yang beraliran deras (Tabel 2), sehingga termasuk faktor yang mendukung proses pengambilan sampel, hal ini mengakibatkan plankton yang ikut terbawa arus dapat dengan mudah terjaring. Juga dikarenakan faktor kedalaman perairan yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari yang cukup. Sedangkan pada stasiun III yang menjadi penyebab sedikitnya jenis plankton di bagian muara, yaitu karena kondisi muara dengan dasar yang berlumpur, salinitas agak tinggi dan kecerahan yang kurang.

SIMPULAN DAN SARAN                                    
Plankton yang ditemukan di Krueng Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya yaitu sebanyak 97 spesies dan yang paling mendominasi dan sering ditemukan di setiap lokasi adalah Chlorogibba trocisciaeformis, Monallantus brevycylindrus, Enteromorpha prolifera, Pleurotaenium ehrenbergii,dan Chlorallanthus oblongus, semuanya spesies dari kelas Chlorophyta. Indeks keanekaragaman plankton memiliki 2 kategori yaitu keanekaragaman jenis tinggi pada stasiun I dan stasiun II dengan indeks keanekaragaman sebanyak 3,172 dan 3,185 (kualitas air bersih), dan pada stasiun III memiliki indeks keanekaragaman sedang yaitu 2,487 (kualitas air tercemar sedang).
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi pemerhati ekologi perairan khususnya tentang jenis-jenis plankton di Krueng Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Hendaknya dapat dilakukan penelitian  lanjutan khususnya zooplankton di Krueng Meureudu. Diharapkan perairan Krueng Meureudu tersebut dapat dijadikan sebagai media penunjang pembelajaran Biologi tentang ekosistem air tawar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Sungai Meureudu. http://www.pu.go.id/infostatistik/ departemen/sda/4.7_sungai.xls. Download 26 Desember 2008.

Anonymous. 2009. Pendahuluan Planktonologi. Situs: http://entahsiapa15. wordpress.com/2009/ 01/15/htm. Download 26 Juni 2009.

Bakosurtanal. 1978. Peta Lokasi Penelitian. Peta Rupabumi Digital: Survei Lapangan (2009).

Bold, H. C., M. J. Wayne. 1985. Introduction to the Algae. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Englewood Cliff.

Davis, C.C. 1951. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Molles, M. C. 2002. Ecology: Conceps and Applications. Second Edition. New York: The McGraw-Hill Companies Inc..

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. (Terj. Ir. Tjahjono Samingan, M.Sc). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Romimohtarto, K. dan Sri Juwana. 2005. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Yudianto, S. A. 1992. Pengantar Cryptogamae (Sistematik Tumbuhan Rendah). Bandung: Tarsito.










 Jenis-jenis Plankton Yang Dominan Ditemukan
 
Kelas   : Chlorophyceae
Ordo    : Heterococccales
Famili  : Pleurochloridaceae
Spesies : - Chlorogibba trocisciaeformis
-          Monallantus brevycylindris

                         
Kelas   : Chlorophyceae                                  Kelas   : Chlorophyceae
Ordo       : Ulvales                                           Ordo    : Zygnematales
Famili    : Ulvaceae                                         Famili  : Desmidiaceae
      Spesies : Enteromorpha prolifera               Spesies : Pleurotaenium ehrenbergii

Kelas   : Chlorophyceae
Ordo    : Rhizochloridales
Famili  : Pleurochloridaceae
Spesies : Chlorallanthus oblongus